Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

D. Zawawi Imron Penerima Penghargaan Achmad Bakrie Awards 2024: Yang Hebat Bukan Saya, tapi Ayah dan Ibu Saya

image-gnews
Zawawi Imron. Foto : NU
Zawawi Imron. Foto : NU
Iklan

D. Zawawi Imron merupakan salah seorang sastrawan legendaris yang dimiliki Indonesia saat ini. Pria sepuh kurang lebih seusia kemerdekaan Republik Indonesiaberasal dari Batang-Batang, sebuah dusun yang terletak sekitar 23 kilometer dari Sumenep, sebuah kota kabupaten di ujung paling timur Pulau Madura.

Dilansir dari laman Ensiklopedia.kemdikbud.go.id, karena keterbelakangan dan keterpencilan daerah kelahirannya, Zawawi tidak mengetahui tanggal kelahirannya secara tepat. Namun, untuk kepatutan dalam urusan administrasi, dalam KTP tercatat pada tanggal 19 Sepetember 1946. Sementara itu beberapa laman situs mencatat Zawawi lahir pada 1 Januari 1945.

Dia hanya sempat mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat (SR), kini setara SD. Setamat dari SR, ia lalu nyantri di pondok pesantren di Lambi Cabbi, Desa Gapura Tengah, Sumenep, sejauh 40 kilometer dari kampung halamannya. Setahun setengah menjadi santri, Zawawi lalu mengikuti ujian PGA dan berhasil lulus sehingga memperoleh ijazah yang memberinya peluang untuk menjadi guru di SD.

Selepas SR, Zawawi yang mempunyai nama panggilan Cak Imron itu juga pernah melakukan pekerjaan serabutan, seperti mengangkut kantong daun siwalan, mengumpulkan batu untuk pembuatan jalan, dan menjadi kuli angkat barang. Pekerjaan rutinnya sehari-hari adalah guru mengaji. Di samping itu, ia senang membaca koran, majalah, ataupun buku-buku yang rutin dibelinya dari kota sepekan sekali.

Kegemarannya akan literasi membangun Zawawi sebagai sosok yang menggemari sastra. Pertama kali Zawawi menulis sajak ketika berusia 17 tahun dalam bahasa Madura. Selanjutnya, Zawawi beralih menulis dalam bahasa Indonesia setelah teman-temannya mengomentari bahwa ia tampak kolot saat membacakan sajaknya dalam bahasa Madura.

Semangat Zawawi menulis syair rupanya menarik perhatian camat di tempat tinggalnya, Sutama namanya. Sutama mengizinkan Zawawi mengetik puisi-puisinya, yang kemudian dikirimkan Sutama ke Mingguan Bhirawa (Surabaya) asuhan Suripan Sadi Hutomo. Puisi Zawawi untuk kali pertama terbit di media 1974.

Zawawi memang berbakat, walau dari daerah terpencil dan hanya melahap literasi dari koran dan majalah bekas, karyanya ternyata berkilau. Di memenangi sayembara cipta puisi tingkat nasional yang diadakan oleh Pengurus Pusat Perkumpulan Sahabat Pena Indonesia pada 1979. Tak hanya syair, dua tahun kemudian, pada 1981, ia menang lomba mengarang buku bacaan SD yang diadakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sebagai penyair, nama Zawawi Imron mulai mengorbit setelah kritikus Subagio Sastrowardojo membicarakannya pada acara Pertemuan Penyair Sepuluh Kota yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada April 1982. Pada tahun itu juga, dalam acara Temu Penyair Muda di Taman Ismail Marzuki, Subagio Sastrowardojo memilihnya sebagai salah satu penyair terbaik bersama Kriapur.

Tulisan-tulisan Zawawi pun banyak dimuat di koran-koran dan majalah pusat dan daerah seperti Suara Karya, Bhirawa, Berita Buana, Sinar Harapan, Horison, Zaman, Liberty, dan Panji Masyarakat. Buku kumpulan sajaknya, antara lain, ialah Semerbak Mayang (1977), Madura, Akulah Lautan (1978), Bulan Tertusuk Ilalang (1982), Nenek Moyangku, Air Mata, Celurit Emas, Derap-Derap Tasbih (1993), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), dan Mata Badik Mata Puisi (2012).

Di samping sebagai penyair, ia juga dikenal sebagai penceramah di wilayah sekitar Madura dan Jawa Timur. Namanya pun sudah tidak asing lagi bagi majelis-majelis taklim di lingkungan Muhammadiyah, Aisyiah, Pelajar Islam Indonesia (PII), IPNU, dan Persatuan Ukhuwah Islamiyah.

Walau hanya lulusan SD, dia juga pernah mengisi kuliah umum di IKIP Surabaya dan Universitas Jember. Bahkan pernah jadi Pembicara Seminar Majelis Bahasa Brunei Indonesia Malaysia (MABBIM) dan Majelis Asia Tenggara (MASTERA) Brunei Darussalam pada Maret 2002.

Berikut karya-karya D. Zawawi Imron

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

- Semerbak Mayang (1977)

- Madura Akulah Lautmu (1978)

- Celurit Emas (1980)

- Bulan Tertusuk Ilalang (1982)

- Raden Sagoro (1984)

- Nenek Moyangku Airmata (1985)

- Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)

- Lautmu Tak Habis Gelombang (1996)

- Madura Akulah Darahmu (1999)

- Lautmu Tak Habis Gelombang (2000)

- Sate Rohani dari Madura: Kisah-kisah Religius Orang Jelata (2001)

- Soto Sufi dari Madura: Perspektif Spiritualitas Masyarakat Desa (2002)

- Jalan Hati Jalan Samudra (2010)

- Mata Badik Mata Puisi (2012)

Karya-karya Zawawi telah mendapatkan tempat di hati penggemar sastra. Sajaknya, Bulan Tertusuk Ilallang, bahkan mengilhami Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film layar perak dengan judul yang sama. Beberapa puisinya juga telah digubah menjadi musik untuk vokal klasik dan piano oleh komponis dan pianis Ananda Sukarlan, yang dianggap dunia musik klasik sebagai tokoh paling utama genre Tembang Puitik di Indonesia.

Juga, kumpulan sajaknya Nenek Moyangku Airmata terpilih sebagai buku puisi terbaik dengan mendapat hadiah Yayasan Buku Utama pada 1985. Tak hanya itu, berkat Nenek Moyangku Airmata, Zawawi bahkan menerima penghargaan “The S.E.A Write Award” di Bangkok Thailand, The S.E.A pada 2012. Write Award merupakan penghargaan dari keluarga kerajaan Thailand untuk para penulis di kawasan ASEAN.

Pada 2018, D. Zawawi Imron menerima penghargaan sebagai tokoh yang berjasa di bidang kebudayaan dalam acara Kongres Kebudayaan Indonesia, Kemendikbud. Penghargaan ini diserahkan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Hingga kini, Zawawi masih setia tinggal di Batang-batang, tanah kelahiran sekaligus sumber inspirasi bagi puisi-puisinya.

HENDRIK KHOIRUL MUHID | S. DIAN ANDRYANTO

Pilihan Editor: Debat Capres Tema Kebudayaan, Budayawan Zawawi Imron: Kementerian Kebudayaan Tidak Bonceng Kementerian Lain

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fiersa Besari Rehat dari Musik Mulai 2025, Faktor Kelelahan dan Keluarga Jadi Alasan Utama

1 hari lalu

Fiersa Besari. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Fiersa Besari Rehat dari Musik Mulai 2025, Faktor Kelelahan dan Keluarga Jadi Alasan Utama

Fiersa Besari mengumumkan rehat dari dunia musik mulai 1 Januari 2025 karena kelelahan dan ingin fokus pada keluarga.


Inovasi dari Ujung Timur Pulau Madura

2 hari lalu

(Tengah) Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo. Dok. Pemkab Sumenep
Inovasi dari Ujung Timur Pulau Madura

Berbagai terobosan Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo dalam bidang pendidikan dan teknologi membawa kemajuan bagi pembangunan daerah dan masyarakat. Pionir penggunaan kendaraan dinas listrik di Jawa Timur.


Budayawan Betawi Nilai Cara Pendekatan Paslon di Pilkada Jakarta Hanya Gimik

8 hari lalu

Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil dan Suswono berfoto bersama usai mendaftarkan diri sebagai peserta Pilgub DKI Jakarta 2024 di Kantor KPU DKI Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2024. Pasangan Ridwan Kamil-Suswono mendaftarkan diri sebagai peserta Pilgub DKI Jakarta 2024 dengan dukungan dari partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Budayawan Betawi Nilai Cara Pendekatan Paslon di Pilkada Jakarta Hanya Gimik

Mengapa Budayawan Betawi ini menilai jika cara pendekatan paslon di Pilkada Jakarta kepada para calon pemilih hanya gimik?


20 Anggota DPRD Bangkalan Gadaikan SK Jabatan, Benar Bisa Jadi Jaminan Kredit di Bank?

10 hari lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
20 Anggota DPRD Bangkalan Gadaikan SK Jabatan, Benar Bisa Jadi Jaminan Kredit di Bank?

Anggota DPRD Bangkalan, Madura ramai-ramai menggadaikan SK jabatan mereka sebagai jaminan untuk pengajuan kredit di bank.


Puluhan Makam Keramat di Palabuhanratu Disebut Palsu, Batu Disusun Serupai Kuburan Ratusan Tahun

27 hari lalu

Lokasi penemuan puluhan makam keramat palsu yang berada di Kampung Baru, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jabar. ANTARA/Aditya Rohman
Puluhan Makam Keramat di Palabuhanratu Disebut Palsu, Batu Disusun Serupai Kuburan Ratusan Tahun

Puluhan makam keramat di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, diduga palsu. Ada 41 makam termasuk satu yang dianggap paling keramat.


83 Tahun Rabindranath Tagore Wafat, Penyair Legendaris Kesusastraan India

41 hari lalu

Rabindranath Tagore. shutterstock.com
83 Tahun Rabindranath Tagore Wafat, Penyair Legendaris Kesusastraan India

Rabindranath Tagore seorang penyair Bengali, filsuf, dramawan, pelukis dan sastrawan terbaik sepanjang masa dalam kesusastraan modern india.


Penyair W.S. Rendra Pernah Bintangi Beberapa Film, termasuk Yang Muda yang Bercinta dan Kantata Takwa

42 hari lalu

Foto File: W.S Rendra membaca puisi dalam konser Suluk Hijau di Manggala Wanabhakti, Jakarta, Kamis, 27 Maret 2008. TEMPO/Dimas Aryo
Penyair W.S. Rendra Pernah Bintangi Beberapa Film, termasuk Yang Muda yang Bercinta dan Kantata Takwa

Sang penyair W.S. Rendra pernah bintangi beberapa film seperti Yang Muda yang Bercinta dan Kantata Takwa.


15 Tahun Kepergian W.S. Rendra, Berikut Profil Sang Burung Merak

42 hari lalu

Foto File: W.S Rendra membaca puisi dalam konser Suluk Hijau di Manggala Wanabhakti, Jakarta, Kamis, 27 Maret 2008. TEMPO/Dimas Aryo
15 Tahun Kepergian W.S. Rendra, Berikut Profil Sang Burung Merak

W.S. Rendra telah berpulang 15 tahun lali. Nama dan karyanya terus melekat dalam khasanah sastra Indonesia.


Perjalanan 83 Tahun Goenawan Mohamad, Wartawan yang Sastrawan

51 hari lalu

ekspresi Goenawan Mohamad saat membacakan narasi cerita Den Kisot diiringi Musik Bambu Deka sebagai bagian dari  pameran Sejauh Ini...di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Jawa Barat, 15 Februari 2024. Den Kisot ditulis oleh Goenawan Mohamad dengan sutradara Endo Suanda berdasarkan cerita Don Quijote de la Mancha karya Miguel de Cervantes. TEMPO/Prima Mulia
Perjalanan 83 Tahun Goenawan Mohamad, Wartawan yang Sastrawan

Goenawan Mohamad wartawan yang sastrawan itu hari ini berulang tahun ke-83. Ini perjalanan hidup dan karya-karyanya.


43 Tahun Lalu Kepergian Buya Hamka Ulama yang Sastrawan

56 hari lalu

Museum kelahiran Buya Hamka di danau maninjau, Agam, Sumatra Barat. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
43 Tahun Lalu Kepergian Buya Hamka Ulama yang Sastrawan

Buya Hamka meninggal pada 24 Juli 1981 dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Ini perjalanan ulama yang sastrawan.