Acara yang bertajuk “Desawarnana Doa Bali untuk Indonesia” ini akan diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta pada Rabu malam ini. Konser amal itu akan menghadirkan para seniman Bali. Di antaranya, Komunitas Kalangwan, Nyanyian Dharma, Balawan and Batuan Ethnic Fusion, Ayu Laksmi dan Svara Semesta, Riwin Tropical Transit, Ayu Weda, Sarasdewi, dan Koreografer Nyoman Sura. Acara ini juga dilengkapi Pameran Kartagama dan Samudra Moksa.
Berbeda dengan acara penggalian dana pada umumnya, yang telah dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, Desawarnana Doa Bali untuk Indonesia justru lebih memokuskan perhatiannya pada desa-desa penyanding. Penggagas Desawarnana Doa Bali untuk Indonesia, Taufik Rahzen, menyatakan selama ini penanganan bencana di tanah air selalu terfokus pada wilayah bencana. Hal ini menyebabkan terabaikannya desa-desa penyanding yang juga mengalami dampak yang tak ringan.
Tanpa bermaksud menafikan wilayah bencana, Taufik Rahzen berharap agar kepedulian terhadap desa-desa penyanding juga dikedepankan untuk menjaga gairah hidup masyarakat yang tinggal di sana. Dengan demikian, dapatlah dimengerti jika Taufik lebih memilih mengarahkan dana yang terkumpul dari hasil penjualan album para musisi yang terlibat serta dana sukarela dari audience untuk membantu desa-desa penyanding wilayah bencana.
Di sisi lain, tentu menarik untuk dicermati mengenai keberadaan para seniman Bali yang berpartisipasi dalam acara tersebut. Pasalnya, jarang sekali mereka dapat dipertemukan dalam satu panggung yang sama. Nampaknya cinta telah bekerja di dalam diri mereka, menggugah kesadaran untuk berbagi serta turut ambil bagian di sela-sela padatnya aktivitas mereka sebagai seorang seniman.
Taufik Rahzen dan Komunitas Seniman Bali Peduli berharap, Desawarnana Doa Bali untuk Indonesia tidak hanya menyejukkan para korban di wilayah dan desa penyanding bencana. Bersama doa-doa yang menggema, gelaran ini juga diharapkan dapat menghapus setiap kesedihan dan duka di seluruh negeri.
ISMI WAHID | berbagai sumber