TEMPO.CO, Jakarta -Para seniman yang menjadi panitia penyelenggaraan Kongres Kesenian Indonesia (KKI), menuntut kehadiran Presiden Joko Widodo dalam acara yang akan digelar pada 1-5 Desember mendatang itu. Jokowi diminta menjadi pembicara kunci di hadapan 700 seniman yang direncanakan akan hadir di kongres tersebut.
"Kami ingin mendengar pendapat Presiden Jokowi dan bagaimana posisi kesenian Indonesia dalam nawacita-nya," kata salah satu anggota SC Mohamad Abduh saat konferensi pers di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 3 November 2015.
Abduh mengatakan perkembangan kesenian tak hanya bergantung pada seniman semata. Tata kelola kesenian melibatkan banyak pihak termasuk presiden. "Beberapa negara sudah punya strategi kebudayaan nasional, Indonesia belum," kata Ketua Koalisi Seni Indonesia ini.
Sekretaris SC KKI, Arie Batubara mengatakan undangan menghadiri kongres sudah disampaikan pada Jokowi. "Tanggapannya positif," ujar Arie.
Kongres kali ini mengambil tema “ Kesenian dan Negara dalam Arus Perubahan”. Tahun ini merupakan ketiga kalinya pelaksanaan KKI. Pertama kali, KKI diadakan pada 1995 dengan rencana akan digelar setiap lima tahun sekali. Namun, kongres kedua baru terlaksana sepuluh tahun kemudian pada 2005. Begitu pula kongres ketiga yang baru dapat terlaksana saat ini.
Selama ini, kata Arie, KKI dijuluki kongres plat merah karena diselenggarakan Kementerian dan tak menyentuh seniman. Kali ini, pelaksanaan kongres sepenuhnya diserahkan ke tangan panitia pengarah yang terdiri dari seniman dan aktivis kesenian. "Kemdikbud hanya sebagai fasilitator," ujar Arie.
Kongres yang menelan dana lebih dari Rp. 8 miliar ini akan digelar di Bandung, Jawa Barat dengan mengundang seniman dan shareholder seni dari seluruh Indonesia.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA