TEMPO.CO, Denpasar - Organisasi masyarakat sipil (CSOs) yang tergabung dari kalangan aktivis dan seniman akan mengadakan The People's Summit on Alternative Development pada 8-10 Oktober 2018 di Denpasar. Kegiatan tersebut untuk merespons pertemuan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia (IMF - World Bank) pada 8-14 Oktober di Nusa Dua, Bali.
"Ini (pertemuan IMF-Bank Dunia) harus kita pertanyakan bersama," kata Mike, musikus gruo punk Marjinal saat jumpa media bersama para aktivis di Denpasar, Sabtu, 6 Oktober.
Menurut Mike pertemuan IMF dan Bank Dunia tidak bisa dianggap kebanggan semata untuk Indonesia sebagai tuan rumah. Menurut dia, pembangunan di Indonesia yang dibangun atas utang yang menggunakan wacana kesejahteraan masyarakat cenderung menjadi retorika penguasa.
"Artinya yang menjadi rancangan dan perencanaan itu harus transparansi. Sudah sepatutnya kita gelisah dan waspada," ujarnya.
Koordinator The People's Summit on Alternative Development Hamong Santono menjelaskan bahwa kegiatan tersebut untuk menuntut akuntabilitas lembaga keuangan internasional, khususnya IMF dan Bank Dunia.
"Kita tidak ingin utang memulai ketimpangan baru. Sementara kita punya mimpi untuk mengurangi ketimpangan itu sendiri," kata Hamong, yang juga perwakilan dari International NGO Forum on Indonesian Development (INFID).
Adapun untuk penyelenggaraan The People's Summit on Alternative Development akan menjadi pertemuan untuk merefleksikan pandangan tentang IMF - World Bank.