TEMPO.CO, Bantul - Kebohongan yang disampaikan Ratna Sarumpaet beberapa waktu lalu juga direspons para seniman di Yogyakarta. Sejumlah seniman, budayawan dan masyarakat yang bergabung dalam Gerakan Rakyat Anti Hoax (Gerah) menyikapinya dengan melarung atau menghanyutkan lima wayang lakon antagonis melalui ritual budaya ke Pantai Parangkusumo di Bantul, Senin, 8 Oktober 2018 sore.
Lima wayang yang dimaksud adalah Sengkuni, Dasamuka, Dursasana, Sarpokenoko, dan Tjitraksi. Kelima tokoh wayang itu dikenal mempunyai karakter buruk.
Sengkuni simbol sifat licik, jahat, angkara murka, dan suka berbohong. Dasamuka berwatak serakah. Dursasana suka hantam kromo. Sedangkan Sarpokenoko dan Tjitraksi melambangkan sifat tak baik dan pengecut.
“Biar watak pembohong atau penyebar berita bohong dan ujaran kebencian tidak ada lagi di Nusantara,” kata Penasehat Gerah Bondan Nusantara melalui pesan singkat kepada Tempo, Senin, 8 Oktober 2018 petang.Para seniman melarung lima wayang lakon antagonis melalui ritual budaya ke Pantai Parangkusumo di Bantul, Senin, 8 Oktober 2018 sore.. (Dok. Gerah)
Pantai Parangkusumo yang acapkali menjadi ajang ritual larungan dipilih menjadi lokasi pelarungan lima tokoh wayang. “Karena tempat samudera adalah symbol kebesaran jiwa untuk menerima segala macam kebaikan, keburukan, termasuk kotoran,” kata Bondan.
Koordinator Gerah Anter Asmorotedjo menegaskan, pemilihan lima tokoh wayang berkarakter antagonis yang dilarung mengandung harapan agar masyarakat mendapat tuntunan untuk menghindari dari hal-hal yang tidak baik dan memilih menyebarkan kebaikan.
“Sengkuni dibuang ke laut itu simbol harapan agar perilaku elit politik lebih berbudaya,” kata seniman tari itu, seperti tertuang dalam siaran pers yang diterima Tempo.
Menurut Anter, ada banyak wajah Sengkuni hadir dalam politik elit saat ini. Laku budaya itu diharapkan bisa mengubah wajah Indonesia menjadi lebih bermartabat. “Apalagi tahun depan tahun politik. Biar watak licik, culas, suka bohong, dan jahat tak eksis di negeri ini,” kata Anter.Para seniman melarung lima wayang lakon antagonis melalui ritual budaya ke Pantai Parangkusumo di Bantul, Senin, 8 Oktober 2018 sore.. (Dok. Gerah)
Ritual larung wayang itu dilakukan tiga orang penari yang diikuti 20 orang seniman dan warga sekitar. Sebelumnya, ketiga penari itu menggelar pementasan Tari Larung Brahala di pantai tersebut. Nama tarian yang berarti membuang segala sifat buruk itu ditarikan tiga penari berkostum serba merah.
Mereka menari sembari membawa sejumlah ubarampe. Penari paling depan membawa keranjang berisi bunga tabur. Penari di tengah membawa nampan berisi batang-batang dupa. Sedangkan penari paling belakang membawa anak-anak wayang.
Baca: Ahmad Dhani Mengaku Bingung Atas Pengakuan Ratna Sarumpaet
Tarian itu diiringi syair tembang Macapat Dandanggula berjudul Tulak Bala atau menolak keburukan. “Tarian itu diciptakan Anter tiga hari lalu,” kata Bondan.