Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kiamat Kecil Industri Rekaman  

image-gnews
TEMPO/Jacky Rachmansyah
TEMPO/Jacky Rachmansyah
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - TOKO Aquarius di Jalan Sultan Iskandar Muda, Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan, mendadak ramai, Jumat pagi pertengahan Agustus lalu. Puluhan mobil dan motor antre mencari tempat parkir. Pemilik kendaraan yang beruntung bisa menaruh mobil atau motornya di tempat parkir gerai kaset dan cakram digital musik itu. Lainnya terpaksa memarkir kendaraan di sepanjang jalan arteri.

Antrean mengular ke depan pintu masuk toko. Puluhan orang berdiri hingga ke halaman depan. Padahal pagi itu toko belum dibuka. Pemilik Aquarius Musikindo, J. Soerjoko, terkejut tatkala pegawainya memberi tahu: sudah banyak orang mengantre hendak membeli kaset atau CD. "Mereka kebanyakan dari radio dan majalah, tapi pembeli umum dan penggemar musik juga banyak," katanya kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.

Tepat pukul 10.00 pagi, toko dibuka. Laksana air bah, puluhan pria dan wanita merangsek ke dalam. Sekejap ruangan di dalam penuh sesak. Pembeli berdesak-desakan karena ruangan toko tak mampu menampung mereka. Inilah hari pertama Aquarius Pondok Indah menggelar penjualan penghabisan alias cuci gudang. Harganya murah banget. Puluhan ribu keping cakram digital atau optik dijual dengan harga diskon hingga 30 persen. Ribuan kaset, video compact disc (VCD), dan digital video disc (DVD) dibanderol hanya Rp 5.000 per keping. Ada kaset yang harganya dibanting, tiga buah hanya Rp 10 ribu saja.

Pembeli sampai harus antre berjam-jam di depan kasir. "Lumayan, mumpung diskon gede," kata Ugi, seorang pembeli. Banting harga ini akan berlangsung hingga akhir September nanti.

Aquarius bukan hendak mencari untung besar lewat penjualan obral gede-gedean. Obral itu justru demi menyelamatkan perusahaan di bawah payung PT Aquarius Musikindo itu. Usai penjualan besar tersebut, pemilik Aquarius akan menutup toko. Selanjutnya, gedungnya akan disewakan. Hanya studio rekaman di sebelahnya yang akan tetap dipertahankan. "Nanti toko ini jadi sekolah musik," kata seorang pegawai Aquarius. Soerjoko--biasa disapa Pak O'ok--terpaksa memilih menutup toko lantaran bisnis label dan rekaman semakin loyo, terutama setelah era booming Internet dan iPod. Lagu dan musik cukup diunduh lewat Internet dan diputar dengan iPod, tak harus menggunakan kaset, cakram digital atau optik lagi.

Sejak musim gugur bagi industri rekaman itu terjadi, tahun lalu Aquarius Musikindo telah menutup dua toko ecerannya di Bandung dan Surabaya. Aquarius Dago, yang buka sejak awal dekade 1990, resmi ditutup pada Desember 2009. Sedangkan Aquarius Surabaya, yang dibuka sejak 2003, telah ditutup pada Februari lalu. Satu-satunya toko retail milik Aquarius Musikindo yang tersisa tinggal Aquarius Mahakam, di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, yang telah beroperasi sejak 1989.

Soerjoko mengaku berat hati menutup toko retail musik di Pondok Indah yang dibuka sejak 1995 itu. Toko ini salah satu yang terbesar. Berbagai genre musik ada. Koleksinya pernah mencapai 60 ribu keping sebelum 1998. Tapi pembajakan di Indonesia sangat merajalela. Kaset dan cakram padat bajakan bisa ditemukan dengan mudah di lapak-lapak sampai pusat belanja. Belum lagi banyak situs yang menyediakan lagu dan bisa diunduh secara gratis di dunia maya. "Tren sekarang sudah berubah ke era digital, sehingga orang sudah malas ke toko untuk membeli compact disk," ujarnya.

Belum lagi persoalan pasokan koleksi. Perusahaan rekaman lagu barat mengurangi pasokan per seri. Mereka hanya menyodorkan lagu-lagu hits saja. Perwakilan perusahaan rekaman internasional di Indonesia ogah mengimpor. Padahal, kata Soerjoko, "Kalau mau mempertahankan konsep megastore, mesti menyediakan genre musik lain." Toko pun mesti mengimpor sendiri ke markas perusahaan rekaman. Ini otomatis mengakibatkan harga jadi lebih mahal, karena standar harganya berbeda.

Sebenarnya ada pilihan lain. Soerjoko mengatakan bahwa tokonya bisa saja bermetamorfosis menjadi toko daring (online) semacam amazon.com, yang memasarkan barang melalui media jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Tapi, tantangannya, bisnis online di sini belum membudaya. Masyarakat belum terbiasa menggunakan sistem pembayaran kartu kredit secara online. "Biaya distribusi barang untuk luar pulau juga masih mahal." Alhasil, menutup toko menjadi pilihan utama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kiamat kecil di indutri rekaman musik tak melulu terjadi di Indonesia. Masalah serupa dihadapi perusahaan rekaman raksasa internasional seperti Bertelsmann Music Group (BMG), Sony, dan Universal. Retail Virgin, juga Tower Record, terlibas dan ambruk. Penikmat musik meninggalkan walkman dan discman untuk beralih ke pemutar MP3, misalnya iPod keluaran Apple, yang diikuti iTunes dan iPhone. Itulah sebabnya, konsultan pendidikan Sandra Santosa, misalnya, kini jarang singgah ke gerai penjual kaset. "Saya suka mengunduh lagu gratis dari situs di Internet, sudah lama tak membeli kaset atau cakram digital," katanya.

Apalagi teknologi pengunduh lagu semakin canggih. Situs pengunduhan lagu gratis juga menjamur. Salah satu situs Internet penyedia lagu-lagu di antaranya www.bursalagu.com. Jumlah pengunjung situs ini sekitar 50 ribu, dengan page views rata-rata 220 ribu per hari. Tri, pemilik dan pengelola situs pencari lagu ini, menjelaskan bahwa tren menggunakan Internet melalui telepon seluler membuat pengunjung yang mengakses melalui gadget mencapai 30 persen. "Sejak era MP3, pencarian lagu masuk peringkat tertinggi di mesin pencarian Internet," katanya kepada Tempo.

Tak aneh bila toko kaset dan cakram digital semakin banyak yang rontok. Di Plaza Senayan, tinggal Duta Suara yang masih bertahan dari tiga gerai penjual cakram digital musik. Joni, karyawan di Duta Suara, mengakui omzet penjualan cenderung turun. "Lebih dari 10 persen," katanya. Demi mempertahankan pangsa pasar, Duta Suara memperbanyak koleksi cakram digital rock klasik. "Koleksi yang lama begini banyak yang nyari, karena bajakan itu biasanya lagu yang sedang populer," lanjutnya.

Disc Tara di Plaza Semanggi juga dirundung lesu, sehingga terpaksa mengurangi luas area tokonya. Penjualan sehari hanya Rp 3-4 juta, padahal tahun lalu masih bisa mencapai dua kali lipatnya. "Tahun lalu masih bagus, tahun ini turun," kata Dewi, sang penjaga toko. Beberapa toko mencoba bertahan dengan mengakali kondisi yang lesu melalui pendekatan lebih spesifik kepada konsumen. Misalnya, memperbanyak koleksi film. Disc Tara juga menembus pasar dengan toko musik digital bernama Societie.

Ketika Tempo berkunjung ke Disc Tara, sepuluh pengunjung asyik memilih-milih koleksi cakram digital. Ada satu boks khusus yang menampung film Indonesia. Eko, karyawan di sebuah media, mengaku enggan beralih ke iPod. "Saya masih suka CD," ujarnya. Melani Winarti, karyawan perusahaan properti, juga masih memilih cakram digital ketimbang iPod. "Lebih suka yang original," katanya. Salah satu toko musik favoritnya Musik Plus di Taman Anggrek. "Koleksi lagu Asianya lumayan banyak," ujarnya.

Musik Plus juga masih eksis di beberapa mal, seperti Sarinah, Blok M, Taman Anggrek, dan Kelapa Gading. Musik Klub di Pondok Indah juga membidik segmen khusus melalui koleksinya. "Koleksi yang ada di Musik Plus dan Musik Klub tidak ada di toko lain," kata Bambang Sumarley, yang masih setia mengoleksi cakram digital.

Menurut Soerjoko, di Singapura dan Amerika Serikat, toko kaset dan cakram melakukan modifikasi pemasaran, misalnya menjual iPhone, iPod, kamera, dan telepon seluler dalam satu atap. "Megastore mundur, yang maju toko elektroniknya," ujarnya. Industri musik, juga gerai kaset dan cakram optik, kata dia, jelas tak akan mampu bertahan jika pemerintah tidak segera membenahi Undang-Undang Hak Cipta dan menangani pembajakan secara fisik atau lewat Internet dengan serius.


Nieke Indrietta

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kunto Aji Keluar dari Zona Nyaman di Album Pengantar Purifikasi Pikir

26 September 2023

Kunto Aji. Dok. Istimewa
Kunto Aji Keluar dari Zona Nyaman di Album Pengantar Purifikasi Pikir

Kunto Aji mengerjakan album Pengantar Purifikasi Pikir selama dua tahun dan baru dirilis lima tahun setelah peluncuran album Mantra Mantra.


Kunto Aji Ajak Fans Rasakan Pengalaman Berbeda Lewat Acara Sowan Album III

11 Agustus 2023

Kunto Aji. Dok. Istimewa
Kunto Aji Ajak Fans Rasakan Pengalaman Berbeda Lewat Acara Sowan Album III

Kunto Aji menyediakan headphones untuk penggemar agar bisa bersama-sama mendengar album terbarunya dengan kualitas sebaik mungkin.


Kisah Hidup Rinni Wulandari dan Jevin Julian Dirangkum di Album Debut Soundwave

25 Agustus 2022

Grup musik Soundwave beranggotakan Jevin Julian dan Rinni Wulandari. Dok. Soundwave.
Kisah Hidup Rinni Wulandari dan Jevin Julian Dirangkum di Album Debut Soundwave

Direncanakan Rinni Wulandari dan Jevin Julian sejak 5 tahun lalu, album debut ini dapat disebut sebagai bentuk identitas Soundwave yang baru.


Pusakata Rilis Album Mesin Waktu 2020, Siap Gelar Tur di 5 Pulau Besar Indonesia

16 Juli 2022

Mohammad Istiqamah Djamad alias Pusakata. Dok. Istimewa.
Pusakata Rilis Album Mesin Waktu 2020, Siap Gelar Tur di 5 Pulau Besar Indonesia

Bersamaan dengan perilisan album Mesin Waktu 2020, Pusakata akan membawa kepingan CD yang sedikit berbeda dengan di pasaran selama tur.


Ardhito Pramono Pakai Bahasa Indonesia di Album Baru Usai Rasakan Dampak Buruk

14 Juli 2022

Ardhito Pramono saat konferensi pers perilisan album Wijayakusuma pada Rabu, 13 Juli 2022. Dok. Istimewa.
Ardhito Pramono Pakai Bahasa Indonesia di Album Baru Usai Rasakan Dampak Buruk

Ardhito Pramono mengakui album Wijayakusuma adalah ungkapan keresahan, penyesalan, keindahan, dan hal-hal yang terjadi beberapa tahun terakhir.


Review Musik: Jalan Sunyi KEKAL

10 Mei 2022

Envisaged KEKAL. Dok. Situs resmi KEKAL
Review Musik: Jalan Sunyi KEKAL

Envisaged adalah album penuh ke-13 KEKAL. Kemasan CD-nya, tidak mencantumkan siapa saja yang berkontribusi.


Harry Styles akan Rilis Album Solo Ketiga 20 Mei 2022

25 Maret 2022

Personel band One Direction, Harry Styles, didaulat sebagai pria yang memiliki sepasang mata terindah di dunia. Kesimpulan ini didapat berdasarkan hasil sebuah studi yang dipublikasikan Centre for Advanced Facial Cosmetic and Plastic Surgery di London, Inggris. REUTERS
Harry Styles akan Rilis Album Solo Ketiga 20 Mei 2022

Harry Styles merilis teaser dan foto sampul album solo ketiganya berjudul Harry's House yang akan dirilis pada 20 Mei 2022.


Tiga Anggota Red Velvet Positif Covid-19 Menjelang Comeback, Konser Ditunda

14 Maret 2022

Red Velvet. Instagram/@redvelvet.smtown
Tiga Anggota Red Velvet Positif Covid-19 Menjelang Comeback, Konser Ditunda

SM Entertainment mengumumkan konser Red Velvet bulan ini ditunda akibat tiga anggotanya, Irene, Joy, dan Yeri terpapar Covid-19.


Tulus Ungkap Ragam Rasa yang Dinamis di Album Manusia

4 Maret 2022

Penyanyi Tulus. (Foto: Tulus Company)
Tulus Ungkap Ragam Rasa yang Dinamis di Album Manusia

Tulus menceritakan ragam dinamika rasa manusia dengan mengedepankan keeleganan Bahasa Indonesia di album Manusia.


Jesenn Rilis Album Debut Jilid 1, Penuh dengan Cinta

2 Maret 2022

Musisi Jesenn. Dok. Jesenn.
Jesenn Rilis Album Debut Jilid 1, Penuh dengan Cinta

Jesenn membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam pembuatan album debutnya, berisi 10 track yang terdiri dari 8 lagu dan 2 track spesial.