Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sastrawan, Abdul Hadi WM Meninggal, Gagasan Besarnya Sastra yang Kembali ke Akar

Reporter

image-gnews
Prof. Dr. Abdul Hadi WM. Foto: Instagram.
Prof. Dr. Abdul Hadi WM. Foto: Instagram.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sastrawan, penyair, dan guru besar Universitas Paramadina, Abdul Hadi WM meninggal pada Jumat, 19 Januari 2024 pukul 3.36 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Kabar duka berpulangnya sastrawan besar Indonesia ini disampaikan di Instagram resmi Universitas Paramadina. 

"Telah berpulang ke rahmatullah:  Prof. DR. Abdul Hadi WM (78 tahun), Guru Besar Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina pada hari Jumat, 19 Januari 2024 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto dikarenakan sakit.
Semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT dan mendapat tempat terbaik disisi-Nya. Aamin," demikian keterangan dari unggahan kabar duka itu. 

Gagasan Besar Abdul Hadi WM: Sastra Profetik

Abdul Hadi WM, terlahir dengan nama Abdul Hadi Wijaya di Sumenep, Madura pada 24 Juni 1946. Ia merupakan budayawan dan akademisi yang mencetuskan Sastra Profetik pada sekitar 1976. 

"Gagasan besarnya, menghidupkan kembali sastra sufi, agar sastra kembali ke akar, bersama Mas Kuntowijoyo dan Sujiro Satoto, agar sastra kembali kepada kebersihan hati, kembali ke akar budaya Indonesia, tidak perlu berkiblat ke barat" kata sastrawan, Zawawi Imron, yang dihubungi Tempo, pagi ini. 

Zawawi menuturkan, sastra dengan spiritualitas, dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini bisa dilihat dari puisinya yang berjudul 'Tuhan, Kita Begitu Dekat'.

...

...

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Zawawi, gagasan sastra profetik Abdul Hadi WM bermula dari perlawanannya terhadap gaya kepemimpinan Soeharto sebagai penguasa Orde Baru. Saat itu, Soeharto, yang mendapat label Bapak Pembangunan, banyak membangun fisik.

"Tapi pembangunan batin hanya diucapkan saja. Konkritnya tidak jelas. Dia ingin memberi roh bahwa manusia bukan hanya raga, tapi  juga jiwa," ujarnya.

Mendirikan Pesantren Budaya

Selain menggagas sastra profetik, Abdul Hadi WM bersama Zawawi dan Ahmad Fudholi Zaini mendirikan Pesantren Budaya di kota kelahirannya pada 1990. Pesantren yang dinamakan Pesantren An-Naba ini tak sekadar belajar mengaji, tapi juga mengajar antara lain cara bertani, melukis, mendesain, membuat kaligrafi, mengukir, dan drama. 

Sayangnya, tak sampai setahun, pesantren itu mandek lantaran Abdul Hadi WM mengambil program doktor filsafat di Universitas Sains Malaysia di Penang. Adapun Zawawi terkendala masalah jarak. "Dari rumah saya ke pesantren cukup jauh dan enggak punya kendaraan. Sayang memang, padahal konsep pesantren itu sangat bagus," kata Zawawi. Konsep pesantren itu sendiri diadaptasi oleh penyair di Yogyakarta dengan mendirikan Pesantren Budaya Ilmugiri di Imogiri, Bantul pada 1998. 

Menurut Zawawi, Abdul Hadi WM berperan besar dalam kariernya sebagai penyair. Tekadnya untuk menjadi penyair terdorong oleh kalimat motivasi bernada mengejek yang dilontarkan Abdul Hadi WM. 

"Dia itu motivator luar biasa buat saya. Dia pernah berpesan melalui teman, meskipun kata-katanya menyakitkan, tapi menjadi motivasi besar bagi saya. Katanya, 'Kalau mau jadi penyair, harus benar-benar bersih, sekarang itu calon penyair di Indonesia hampir sebesar jumlah penduduknya'," ujar Zawawi Imron.

Pilihan Editor: Hari Lahir AA Navis Sastrawan Asal Padang Panjang Ditetapkan UNESCO sebagai Hari Perayaan Internasional

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

1 hari lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.


18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

1 hari lalu

Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation
18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

Sosok Pramoedya Ananta Toer telah berpulang 18 tahun lalu. Ini kisahnya dari penjara ke penjara.


Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

4 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.


Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

4 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo saat menghadiri acara Kompasianival di Lippo Mall, Jakarta Timur, Sabtu, 21 Oktober 2017. Tempo/M JULNIS FIRMANSYAH
Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

Sejumlah teman sejawat membagikan kesan mereka terhadap sosok Joko Pinurbo yang dikenal cerdas, suka membantu, dan ramah.


Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

4 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

Selain meninggalkan istri dan dua anak, Joko Pinurbo meninggalkan warisan karya-karya puisi. berikut beberapa di antaranya.


Berpulang Sehari sebelum Hari Puisi Nasional, Berikut Perjalanan Kepenyairan Joko Pinurbo

4 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Berpulang Sehari sebelum Hari Puisi Nasional, Berikut Perjalanan Kepenyairan Joko Pinurbo

Nama Joko Pinurbo mulai dikenal luas saat menerbitkan buku antologi puisi Celana pada 1999.


Hari Ini 75 Tahun Kepergian Chairil Anwar, Sastrawan Pelopor Angkatan 45

4 hari lalu

Untuk memperingati 100 tahun usia Chairil Anwar, Galeri Salihara Jakarta menggelar pameran bertajuk
Hari Ini 75 Tahun Kepergian Chairil Anwar, Sastrawan Pelopor Angkatan 45

Menurut Abdul Hadi WM dalam ceramahnya Peringatan 30 Tahun Wafatnya Penyair Chairil Anwar mengatakan penamaan Angkatan 45 datang dari Chairil Anwar.


Kenang Joko Pinurbo: Kepedulian terhadap Perempuan dan Kelompok Marginal

4 hari lalu

Joko Pinurbo/Foto: CANTIKA/Brigitta Innes
Kenang Joko Pinurbo: Kepedulian terhadap Perempuan dan Kelompok Marginal

Joko Pinurbo memiliki jiwa sosial yang tinggi termasuk terhadap perempuan dan kelompok marginal, termasuk saat masa pandemi.


Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

5 hari lalu

Penyair Joko Pinurbo membaca puisi di makam Udin di Trirenggo, Bantul. Joko Pinurbo membaca puisi dalam acara ziarah ke makam Udin, bagian dari peringatan 19 tahun meninggalnya Udin yang digagas Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta. TEMPO/ Shinta Maharani
Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

Joko Pinurbo juga meninggalkan karya-karyanya yang sangat lekat dengan pembaca


Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

5 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

Penulis Okky Madasari mengungkapkan duka atas kepergian sastrawan Joko Pinurbo