TEMPO.CO, Jakarta - Penampilan yang hambar. Begitu anggapan penggemar Morrissey, Calvin Capnary, 24 tahun, setelah menonton konser idolanya di Senayan Golf, Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan, Rabu, 12 Oktober 2016. "Anti klimaks, ya," kata Calvin.
Calvin kecewa lantaran Morrissey menutup konsernya malam ini tanpa encore. Kekecewaan Calvin kian bertambah karena Morrissey tak membawakan lagu That's How People Grow Up. Padahal lagu itu merupakan favorit Calvin.
Morrissey menggelar konser keduanya di Indonesia. Ia membawakan tembang-tembang andalan, seperti Suedehead, Almamatters, Everyday Is Like Sunday, I'm Throwing My Arms Around Paris, dan You're The One For Me, Fatty.
Selepas menyanyikan lagu Meat Is Murder, Morrissey meninggalkan panggung dan tak kembali lagi. Para penonton memanggil untuk encore. Tapi kru Morrissey justru membereskan alat-alat musik di atas panggung.
Meskipun merasa kecewa, Calvin merasa konser Morrissey kali ini banyak membawa pesan-pesan yang baik. Dia merujuk pada lagu Meat Is Murder, yang merupakan kampanye stop pembunuhan binatang untuk dikonsumsi manusia. "Dia (Morrissey) campaign via video," ujar Calvin.
Kakak Calvin, Shandra Widiyanti, 29 tahun, mengungkapkan hal yang sama. Sisi positif dan unik dari konser Morrissey kali ini adalah momen kampanye dan pesan-pesan yang disampaikan Morrissey melalui lagu yang dibawakan.
Shandra memuji pengaturan konser yang dianggapnya sederhana. Sayang, kata dia, tidak ada penjual air mineral di area konser.
DIKO OKTARA