TEMPO.CO, Jakarta - Evani Jesslyn ibarat mengalami fase ‘dari benci menjadi cinta’ terhadap kopi. Dara kelahiran 18 Agustus 1990 ini awalnya tak suka minum kopi karena rasanya pahit. Lalu, suatu waktu, ketika ia tinggal di San Jose, California, Amerika Serikat, para kolega mengajaknya ke sebuah kedai kopi. “Saya sempat mencicipi kopi yang rasanya enak banget dan ternyata biji kopinya dari Indonesia,” kata Evani Jesslyn dalam acara #ngopidikantor pada pembukaan pameran mural dan seni instalasi “Para Perempuan Kartini” di gedung Tempo, Selasa, 4 April 2017.
Baca juga: Minum Kopi Maksimal 5 Gelas Sehari, Ini Kata Peneliti
Sesapan pertama itu mengubah jalan hidup lulusan University of California, Berkeley ini. Evani Jesslyn kadung jatuh cinta pada kopi Nusantara dan bertekad mempelajarinya langsung di Indonesia. Evani Jesslyn pun rela keluar dari perusahaan audit di AS yang menggajinya US$50-100 ribu per tahun.
Banting setir menjadi barista, Evani Jesslyn tak mau setengah hati menekuninya. Ia mengambil kelas sertifikasi barista dan Q Grader – penilai kopi. Per Februari lalu, Evani Jesslyn telah memiliki brevet dari Specialty Coffee Association of America dan Speciality Coffee Association of Europe. Bahkan pada 2016, Evani Jesslyn menjadi satu-satunya wakil Asia pada pertunjukan bakat internasional Barista & Farmer yang diselenggarakan di Brasil. Evani Jesslyn menyisihkan sekitar 300 pesaing dari pelbagai negara.
Kini Evani Jesslyn sibuk membesarkan Strada Coffee, kedai kopi yang dirintisnya sejak 2012 di Semarang. Cabang kedua akan dibuka di Sunter, Jakarta Utara, pada bulan depan. Evani Jesslyn juga berbagi pengetahuannya tentang kopi secara rutin di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama Karangturi, Semarang. “Saya mengajar karena tak terima dengan anggapan kebanyakan warga Semarang yang menyebutkan kopi impor lebih enak,” tuturnya.
Setelah menjalani beberapa sesi kelas, Evani Jesslyn menemukan fakta menggembirakan bahwa lebih banyak murid perempuan tertarik pada kopi. “Karena perempuan memangseorang pencicip rasa yang baik,” kata Evani Jesslyn. *
Sumber: majalah Tempo