TEMPO.CO, FRANKFURT- Sastrawan, novelis, dan feminis, Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin--populer dengan NH Dini--dan Ahmad Tohari, penulis buku Ronggeng Dukuh Paruk, berbagi cerita tentang kampung dan city tales dalam temu pengarang pada Frankfurt Buchmesse.
Kedua penulis Indonesia itu tampil dalam acara In Conversation Kampong and City Tales di Paviliun Indonesia, Rabu, yang digelar dalam rangkaian pameran buku terbesar di dunia, tempat Indonesia menjadi Guest of Honour dalam pameran yang berlangsung hingga 18 Oktober 2015.
NH Dini mengaku bangga, Indonesia akhirnya menjadi tamu kehormatan dalam event terbesar yang diikuti oleh para penerbit kelas dunia. "Bangga Indonesia bisa menunjukkan karya anak bangsa," ujar NH Dini yang mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri.
NH Dini, yang kini menetap di Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran, mengaku sempat ragu saat menerima tawaran untuk mengisi acara dalam Frankfurt Book Fair karena dia membutuhkan seorang pendamping yang dapat membantunya.
Sejak beberapa tahun ini, ibu dua anak itu membutuhkan kursi roda dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tapi akhirnya, NH Dini mendapatkan sponsor untuk mendampinginya. Ia pun dapat menyaksikan perhelatan tersebut dengan menjadi tamu kehormatan dalam Frankfurt Book Fair.
Sementara itu, Ahmad Tohari, yang buku Ronggeng Dukuh Paruk-nya sudah diterbitkan ke berbagai bahasa dan diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari, menjelaskan latar belakang novel yang dibuatnya. Dia menegaskan tidak ingin terlibat dalam dunia politik, tapi bersimpati kepada para korban yang ditindas kekuasaan.
Ahmad mengakui keikutsertaan Indonesia dalam Frankfurt Book Fair membuktikan adanya keseriusan Pemerintah Indonesia terhadap kesusastraan.
Berbagai buku Ahmad Tohari ikut meramaikan pameran buku, yang menampilkan sekitar 600 acara, mulai dari diskusi, pemutaran film, temu pengarang, hingga demo masak oleh koki terkemuka dari Indonesia.
ANTARA