TEMPO Interaktif, Denpasar - Sejumlah film karya Krzyszkof Kieslowsky, sutradara mumpuni dari belahan Eropa Timur, Polandia, bakal diputar di Bentara Budaya Bali (BBB).
Pemutaran film peraih Jury Prize di Festival Film Canes itu berlangsung Jumat hingga Sabtu, 13-14 Mei 2011.
Sutradara kelahiran 24 Juni 1941 itu menghasilkan karya film yang mampu menggambarkan suasana dan kondisi sosial di Eropa Timur pada tahun 70-an hingga tahun 80-an.
Sebagai seorang yang mengalami pahit getirnya masa invasi Nazi, Kieslowsky tidak hanya mengungkapkan kepedihan warga Polandia.
”Melalui filmnya, Kieslowsky juga berupaya menyembuhkan luka sejarah bangsanya,” ujar Putu Aryastawa, pekerja budaya BBB.
Pandangan serta gambaran peristiwa masa-masa genting di negara-negara Eropa Timur tersebut dapat disimak melalui karya-karya masterpiece Kieslowsky, seperti Blind Chance (1981), A Short Film About Killing (1988), Trilogy Blue (1993), White (1994), dan Red (1994).
Blind Chance secara terang-terangan mengkritik pemerintahan komunis sehingga sempat ditahan peredarannya oleh pemerintah Polandia dan rilisnya baru dikeluarkan tahun 1987.
A Short Film About Killing merupakan film besutan Kieslowsky yang meraih penghargaan Jury Prize di Festival Film Cannes tahun 1988 serta memperoleh hadiah The Best Film di ajang European Film Awards.
Film ini mencoba membandingkan hukuman mati dengan pembunuhan individu. Kilas-kilas pembunuhan disorot oleh Kieslowsky dengan mengambil tiga karakter utama, yaitu seorang sopir taksi, pemuda gelandangan, dan pengacara muda yang idealis.
Trilogy Blue, White, dan Red, juga merupakan karya monumental Kieslowsky.
Trilogy Blue yang yang diproduksi tahun 1993 adalah film pertama dari trilogi warna yang melambangkan bendera Perancis.
Blue berkisah tentang seorang wanita bernama Julie yang kehilangan anak dan suaminya, seorang komposer, dalam sebuah kecelakaan. Sejak saat itu, Julie mencoba memisahkan diri dari kehidupan sosialnya.
Sementara itu, White, yang merupakan trilogi kedua Kieslowsky, serupa dengan serial yang pernah diproduksi Kieslowsky sebelumnya yang cenderung mengedepankan sisi-sisi para tokoh yang ambigu dan ironis.
Menurut Kieslowsky, film trilogi ini dilatari oleh kebebasan emosional, bukan semata perihal sosial atau politik.
Dalam film Red, Kieslowsky bercerita dengan lebih dramatis melalui narasi-narasi visual yang mengesankan.
Selain itu, ditayangkan pula Camera Buff. Film produksi 1979 itu berkisah tentang seorang buruh pabrik sederhana yang menemukan minatnya menjadi sineas.
Film ini menyorot bagaimana eksploitasi yang tidak terekspos di negara komunis Polandia dan bagaimana represi terhadap ekspresi individu terjadi di negeri tersebut.
Selain menyajikan film-film berkualitas dari Eropa Timur, Sinema Bentara kali ini juga akan turut dimaknai dengan penampilan musikalisasi puisi serta diskusi kreatif yang menghadirkan pemerhati film mumpuni Bali.
ROFIQI HASAN