TEMPO Interaktif,Yogyakarta - Sejumlah pakar etnomusikologi dari Indonesia, Mesir, Amerika Serikat dan Afrika Utara bakal menggelar konser musik untuk perdamaian di Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta, Kamis (1/4) malam. Mereka akan menghadirkan musik dan seni di kalangan umat Islam dan Kristen sebagai bagian dari upaya kampanye perdamaian.
Konser ini merupakan bagian dari konferensi tentang “Lagu-lagu Perdamaian dan Rekonsiliasi : Sebuah Studi Perbandingan mengenai Musik dan seni di Kalangan umat Islam dan Kristen” yang diikuti para musikolog dan sarjana teologi dari Mesir, Indonesia, Afrika Utara dan Amerika Serikat. Konferens berlangsung di Hotel Yogyakarta Plaza, 31 Maret sampai 3 April 2010.
“Konferensi dan konser perdamaian di Yogyakarta ini adalah untuk kedua kalinya setelah tahun lalu digelar di Beirut, Lebanon,” jelas Roberta R King, associate professor of Communication and Ethnomusicologi dari Fuller Theological Serminary, California, Amerika Sertikat, kepada wartawan di Yogyakarta, Selasa (30/3).
Sejumlah musisi bakal memeriahkan acara, di antaranya Mustafa Said, seorang musisi gambus dari Mesir dan sejumlah ahli etnomusikologi dari Indonesia yang tergabung dalam Suarasama. Salah satu penampil dari Suarasama adalah Irfan Amali, seorang etnomusikologi asal Bandung . “Irfan juga akan menggelar konser rock dari kalangan Islam dan Kristen di Bandung, 24 April mendatang. Konsernya bertajuk Rock The Peace,” jelas Sooi Ling Tan, rekan Roberta.
Roberta menambahkan, jalannya konferensi dan konser perdamaian ini akan direkam oleh kru film berpengalaman dari Amerika Serikat yakni Craig Detweiler, James O'keeffe dan Donald Hale untuk membuat film dokumentasi. “Mereka kru film dokumenter profesional yang sudah sangat berpengalaman,” jelas Roberta. Hasil-hasil konferensi juga akan dibuat dalam bentuk buku.
Seluruh peserta konferensi juga akan diminta membuat sebuah lagu yang berjudul We Share, mengambil inspirasi dari jalannya konferensi. “Bagian-bagian dari lagu yang diciptakan peserta konferensi itu nantinya akan dimainkan pada akhir konferensi sebagai sebuah karya bersama,” jelas Roberta.
Konferensi dan konser perdamaian di Yogyakarta tersebut disponsori oleh Fuller Theological Seminary, California, Amerika Serikat, melalui dana hibah dari Luce Foundation. Konferensi dan konser menjadi sarana untuk membahas hubungan antara budaya, musik, Islam dan Kristen, sekaligus melihat bagaimana musik dan lagu yang digunakan dalam iman dan kehidupan sehari-hari dapat mendorong perdamaian dan rekonsiliasi.
“Tahun lalu, kalangan Islam dan Kristen di Lebanon bisa duduk bersama dan menggelar konser perdamaian. Materi konser diambil dari teks-teks kitab suci Islam dan Kristen, khususnya tentang perdamaian,” jelas Sooi Ling Tan, ahli etnomusikologi dari Malaysia.
Heru CN