Ringgo ditelanjangi oleh Jerry Aurum, fotografer muda berbakat. Itulah salah satu karyanya dalam pameran tunggal fotografi "In My Room", di Main Atrium-Senayan City, yang berlangsung pada 24 Oktober hingga 1 November 2009. Jerry ingin menguliti sisi pribadi Ringgo bersama 95 tokoh publik lainnya melalui setting tempat pribadi.
Jerry lahir di Medan pada 1976. Ia memulai karier di dunia fotografi sejak umur 24 tahun. Pria bermata sipit ini menuntaskan studinya di Fakultas Desain Komunikasi Visual ITB selama empat bulan dengan prestasi cum laude.
Saat memotret, Jerry sempat heran dengan isi ruang tidur Ringgo. Pasalnya, kamar itu hanya ada tempat tidur dan jendela dengan kelambunya. Mereka berdua terbengong, mencari pose yang menarik untuk diambil. "Nggak ada lemari atau ornamen apa pun. Sempat bingung" ujar Jerry. Alhasil, bernuansa hitam-putih, jepretan itu tak membosankan, tapi justru membuat senyum tersungging.
Bukan yang pertama bagi Jerry mengadakan pameran tunggal semacam ini. Pada 2006, pria yang terobsesi mengabadikan perang dengan lensanya ini pernah mengadakan pameran tunggalnya di gedung Ministry of Information Communications and Arts di Singapura.
Bertajuk "Femalography", subyek yang ia pilih adalah wanita. Jerry ingin "bermain" dan lepas dari sekadar mengambil momen perempuan cantik. Maka, ia betul-betul tampil konseptual. Semua foto digarap dengan sangat teliti dan terkonsep.
Baca Juga:
Namun, tak demikian dengan "In My Room". Pada pameran kali ini Jerry seolah ingin keluar dari ruang yang selama ini membatasinya. Minim konsep. "Waktunya bekerja tanpa teknik," katanya. Ide datang saat ia bertemu dengan model dan perangkatnya (setting tempat dan properti). Tanpa obrolan konsep, tanpa survei lokasi, bahkan hampir semua tanpa lighting tambahan.
Tempat pribadi adalah tempat yang sangat mewakili karakter diri. Jerry tak hanya mengambil kamar tidur, tetapi tak sedikit setting tempat diambil di ruang pribadi sang model.
Lihat saja karya Jerry pada Eross Djarot. Politikus sekaligus seniman itu sedang berpose di satu sudut studio mininya. Ia sedang memainkan gitar, sementara di belakangnya penuh dengan perangkat elektronik audio.
Beda dengan Sujiwo Tejo. Meski sama-sama seniman, justru bukan di studio ia berlaga. Dengan kursi singgasana kayu dengan bantalan hijau ia memegang biola, lalu berpose seperti raja. Seniman yang tak lagi berambut gondrong ini memakai kain jarik dan bertelanjang dada. Percampuran dua kultur budaya yang sebetulnya sangat elegan ditangkap oleh lensa. Setiap karya tanpa judul. "Saya tidak memberi batasan pada publik untuk berapresiasi," kata Jerry.
Ia mempersiapkan momen ini selama dua tahun. Meleset jauh dari yang sebelumnya ia perkirakan, tiga bulan. Transfer ide dan lobby kepada model adalah faktor tersulit dalam mempersiapkan bahan. "Ada kepercayaan besar terlibat di sini. Ketika para tokoh ternama dengan sukarela membiarkan saya berkarya dalam ruang yang mereka anggap paling pribadi," ujarnya. Ia bercerita bagaimana harus memutar otak dan menghimpun energi untuk mengarahkan gaya Martha Tilaar di ruang tidurnya.
Sebagai fotografer komersial yang selalu berkutat dengan konsep dan detail, ide Jerry boleh dikatakan menarik. Namun, ide semacam ini tidak baru dan tidak istimewa di ranah jurnalistik. Hampir tiap hari fotografer dunia jurnalistik, terutama misalnya yang bekerja di majalah berproses seperti Jerry. Menghubungi sumber, meyakinkan sumber untuk dipotret, dan mendapat ide spontan untuk pemotretan di lokasi. Ada kalanya tantangan lebih sulit, karena tokoh-tokoh yang dikejar untuk difoto adalah tokoh penting yang kadang mengelak untuk publikasi atau difoto "aneh-aneh".
Pameran ini dibarengi dengan peluncuran buku dengan judul yang sama, In My Room. Buku ini diterbitkan dalam format horizontal dengan jumlah halaman lebih dari 200.
Masih banyak nama berderet yang ditangkap oleh lensa Jerry. Sederet artis seperti Dian Sastrowardoyo, Happy Salma, Rachel Maryam, Nirina Zubir, bahkan olahragawan Ade Rai berdesakan dalam kanvas. Mungkin Anda adalah salah satu penggemarnya. Bersiap terbahak, kagum, atau mencibir setelah melihat pose itu. Sila lihatlah, lalu Anda akan menyaksikan mereka dalam sisi paling personalnya.
Ismi Wahid