TEMPO.CO, Jakarta - Film Dirty Vote besutan rumah produksi Watchdoc Documentary menjadi momen penting menjelang Pemilu 2024. Indikasi kecurangan Pemilu 2024 diungkap dari berbagai sisi, bahkan menyorot beberapa lembaga yang terlibat.
Film Dirty Vote merupakan besutan sutradara Dandhy Dwi Laksono seorang jurnalis yang telah menghasilkan berbagai film tentang krisis sosial, seperti Barang Panas, Pulau Plastik, Sexy Killers, dan lain lainnya.
Pada saat berita ini ditulis, kanal resmi YouTube Dirty Vote telah tayang 2 hari telah ditonton sebanyak lebih dari 7,4 juta kali dengan pengikut lebih dari 128 ribu. Jika dijumlahkan penonton dari film Dirty Vote mencapai lebih dari penonton pada kanal YouTube resminya. Hal ini disebabkan lantaran banyak kanal YouTube lainnya yang turut mengunggah film Dirty Vote, seperti PSHK Indonesia ditonton 7,8 juta penonton, Abraham Samad SPEAK UP 200 ribu penonton, ASANESIA TV 97 ribu penonton, dan banyak lagi.
Jumlah penonton film Dirty Vote bahkan mengalahkan salah satu video trending lainnya, yakni Anies VS Prabowo VS Ganjar - Epic Rap Battles Of Presidency 2024 besutan skinnyindonesian24 yang terkenal juga kerap menerbitkan video menjelang pemilu 15 tahun belakangan.
Film Dirty Vote dirilis di platform YouTube pada Ahad,11 Februari 2024, pukul 11.00. Dalam film tersebut, tiga ahli hukum tata negara, yaitu Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari, berperan sebagai pemeran utama. Mereka mengungkap sejumlah data dan menjelaskan pelanggaran hukum serta kecurangan yang terjadi dalam Pemilu saat ini.
Dalam durasi film selama 1 jam 55 menit 22 detik, para ahli hukum tersebut menyampaikan beberapa poin penting. Mereka membahas tentang kecurangan yang dilakukan melalui penunjukkan 20 PJ kepala daerah, tekanan yang diberikan kepada kepala desa agar mendukung kandidat tertentu, serta penyaluran bantuan sosial atau Bansos yang berlebihan.
Respons Tiga Tim Capres-Cawapres
Deputi Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis, mengeluarkan pendapat soal peluncuran film dokumenter eksplanatori Dirty Vote yang mengungkap adanya dugaan pelanggaran pada pemilihan umum atau Pemilu 2024. Menurut Todung ketiga tiga ahli hukum dalam film itu, yakni Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar memiliki reputasi yang baik.
Todung menyebut film tersebut bagus untuk pendidikan politik masyarakat. “Banyak hal-hal positif dalam film itu walaupun anda tentu boleh tidak setuju, tapi film ini pendidikan politik yang bagus. Pendidikan politik yang penting bagi masyarakat untuk punya kemelekan memahami dinamika politik di Indonesia,” kata Todung di Media Center Ganjar-Mahfud, Menteng, Jakarta Pusat, pada Ahad, 11 Februari 2024.
Selain itu, Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Timnas Amin juga turut mengapresiasi film Dirty Vote yang menyoroti berbagai kecurangan di Pemilu 2024. Menurut Juru Bicara Timnas Amin Iwan Tarigan, film itu menjadi sumber pengetahuan untuk masyarakat soal politik di Tanah Air.
“Film Dokumenter ini memberikan pendidikan kepada masyarakat bagaimana politisi kotor telah mempermainkan publik hanya untuk kepentingan golongan dan kelompok mereka,” kata Iwan melalui keterangan tertulis pada Ahad, 11 Februari 2024.
Berbeda dengan tim kemenangan kubu 01 dan 03, kubu 02 yaitu pasangan Prabowo-Gibran justru menuding bahwa film Dirty Vote tidaklah kredibel.
Wakil Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Habiburokhman menyatakan bahwa film Dirty Vote mengandung unsur yang tendensius dan tidak memiliki dasar intelektual. Habiburokhman membantah pernyataan ahli hukum tata negara Bivitri Susanti, salah satu pemeran dalam film tersebut, mengenai kecurangan Pemilu 2024. Habiburokhman menyebut pernyataan yang disampaikan Bivitri tidak berdasar.
"Tidak disebut peristiwa yang mana, apa buktinya, bagaimana status pelaporan dan penanganan perkaranya," kata Habiburokhman dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di YouTube Prabowo Gibran, Ahad, 11 Februari 2024.
MICHELLE GABRIELA | ADIL AL HASAN | SULTAN ABDURRAHMAN | RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Film Dirty Vote, Bawaslu: Kalau Ada yang Belum Nonton, Kami Sarankan Tonton