TEMPO.CO, Jakarta - Studio Ghibli berhasil menjadi institusi pertama yang menerima penghargaan tertinggi Festival Film Cannes tahun ini. Penghargaan Palme d’Or yang diterima anak dari animator Ghibli, Hayao Miyazaki, Goro Miyazaki itu diberikan langsung oleh presiden festival Iris Knobloch dan delegasi umum, Thierry Frémaux pada hari perayaan yang diadakan Senin, 20 Mei 2024 pukul 15.30 waktu setempat.
Perjalanan Studio Ghibli hingga sebesar sekarang tidaklah sebentar. Dimulai sejak 40 tahun lalu, ketika Hayao Miyazaki meraih kesuksesan melalui Nausicaä of the Valley of the Wind (1984) dan mendirikan Studio Ghibli bersama Isao Takahata satu tahun setelahnya.
“Saat ini, film-film kami ditonton oleh orang-orang di seluruh dunia, dan banyak pengunjung datang ke Museum Ghibli, dan Ghibli Park untuk merasakan sendiri dunia film kami. Kami telah menempuh perjalanan panjang untuk menjadikan Studio Ghibli sebuah organisasi besar,” ucap oshio Suzuki selaku co-founder studio film animasi yang berbasis di Jepang tersebut.
Meski ini kali pertama menyabet penghargaan Palme d’Or, mereka juga telah memenangkan penghargaan bergengsi lain sebelumnya, termasuk Golden Bear dan Academy Award sebagai Fitur Animasi Terbaik untuk Spirited Away (2001), dan yang terbaru adalah Oscar untuk The Boy and the Heron (2023).
Dilansir dari laman resmi Cannes, terdapat empat film pendek keluaran Studio Ghibli yang turut diputar pada hari perayaan. Berikut empat fim pendek tersebut:
1. Mei and the Baby Cat Bus (Mei ke Koneko Basu)
Film berdurasi 13 menit 43 detik ini merupakan mini sekuel dari film My Neighbor Totoro. Ditulis dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki, film ini menceritakan tentang perjalanan Mei, yang merupakan anak perempuan dengan rambut coklat kuncir duanya yang ikonik, yang bertemu dengan sebuah bus berwujud bayi kucing.
Diiringi musik kreasi Joe Hisaishi, Mei dan bus kucing menuju hutan tengah malam yang penuh dengan hantu. Nantinya keduanya juga akan bertemu bus kucing lain, besar dan kecil, yang juga berkumpul. Perjalanan Mei menaiki kucing tersebut dimulai ketika Mei sedang makan karamel pada suatu hari yang sangat berangin. Bus bayi kucing tersebut tiba-tiba mengejarnya dalam bentuk angin puyuh. Keduanya memutuskan untuk berteman setelaah Mei menawarkan karamel yang ia punya kepada si bus kucing.
2. House Hunting (Yado-sagashi)
Ditulis dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki, film berdurasi 12 menit 11 detik ini mengisahkan Fuki, seorang gadis berambut oranye yang terkepang dua, yang pergi mencari rumah baru. Untuk memenuhi kebutuhannya selama dalam perjalanan, Fuki mengemas semua hal yang ia butuhkan dalam ransel besar.
Setelah melewati kota yang macet, dia menemukan patung batu Jizo di jalan tua dan sempit. Fuki menempatkan sebuah apel sebagai persembahan untuk meminta jalan dan terus berjalan. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan penjaga sungai Nurari-Hyotan, penjaga kuil Ushi-Oni, dan makhluk aneh lainnya yang muncul satu demi satu.
Karya ini dibuat dengan fokus pada kekayaan onomatopoeia yang digunakan dalam bahasa Jepang. Berdasarkan laman resmi Cannes, diketahui bahwa setiap huruf yang ada dalam film dianimasikan di layar, dan semua efek suara yang terdengar pada film dibuat menggunakan suara manusia.
3. Mr. Dough and the Egg Princess (Pandane ke Tamago-hime)
Lagi-lagi ditulis dan disutradarai langsung oleh Hayao Miyazaki, Mr. Dough and the Egg Princess mengisahkan pelarian Pangeran Adonan dan Putri Telur dari rumah seorang penyihir jahat bernama Baba Yaga. Sebelumnya, di dalam rumah Baba Yaga, Putri Telur dikurung dan dipaksa melakukan pekerjaan-pekerjaan berat. Pangeran Adonan yang terbangun berkat mantra sang penyihir kemudian menjadi teman baru Putri Telur dan bersamanya mereka berdua kabur dari rumah yang berada di dalam hutan semak berduri.
Pada film berdurasi 11 menit 37 detik tersebut, pelarian keduanya diiringi aransemen menakjubkan Joe Hisaishi atas La Folia karya Antonio Vivaldi.
4. Boro the Caterpillar (Kemushi no Boro)
Berdurasi 14 menit 20 detik, film yang skenarionya ditulis dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki ini menceritakan Boro si Ulat yang menetas dari sebuah telur di antara rerumputan tepat sebelum fajar menyingsing.
Melihat sekeliling untuk pertama kalinya dengan terpesona, dia menyadari nikmatnya sinar matahari pagi yang cemerlang dan udara segar. Perpaduan antara grafik komputer dan animasi yang digambar manual dengan tangan di dalam film ini menciptakan dunia yang dilihat melalui mata Boro si Ulat dengan semua efek suara diisi oleh komedian Jepang, Tamori, diiringi musik dari Joe Hisaishi.
Pilihan Editor: 5 Hal tentang The Boy And The Heron Film Animasi Ghibli