Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

59 Tahun Lalu Jean-Paul Sartre Menolak Hadiah Nobel Sastra, Ini Alasannya

image-gnews
Jean-Paul Sartre. Wikipedia
Jean-Paul Sartre. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 59 tahun silam, tepatnya 22 Oktober 1964, filsuf asal Prancis Jean-Paul Sartre memenangkan Hadiah Nobel Sastra. Namun, penulis sekaligus aktivis politik yang lahir pada 21 Juni 1905 tersebut menolak diganjar Hadiah Nobel tersebut dengan berbagai alasan.

Dikutip dari bigthink.com, Sartre menolak Hadiah Nobel karena itu akan membuatnya lebih besar dari kata-kata dalam karyanya. Dengan Nobel di belakang namanya, karyanya akan diperbesar melebihi yang dikenalnya. 

Selain itu, Sartre juga merasa kesal karena Hadiah Nobel dianggap hanya diberikan kepada penulis dari Barat atau pemberontak dari Timur. Sartre juga mengatakan bahwa Hadiah Nobel cenderung Eurosentris dalam setiap unsurnya. 

Menurut Sartre, ia menganggap bahwa sistem Hadiah Nobel tidak sepatutnya begitu. Dilansir dari thehansindia.com, Sartre tidak mengetahui bahwa Hadiah Nobel diberikan tanpa persetujuan dari pihak penerima. Menurutnya, hal itu harus dibenahi ke depannya.

Dalam suratnya kepada Swedish Academy, pemberi penghargaan Hadiah Nobel Sastra, Sartre mengungkap dua alasan. Pertama, adalah alasan subjektif. Kedua, adalah alasan objektif.

Dalam alasan subjektif, ia menuturkan bahwa semua penghargaan yang mungkin diberikan padanya akan memberi tekanan yang tidak diinginkan kepada pembacanya. Menurut pandangannya, jika ia menandatangani dengan nama Jean-Paul Sartre, itu tidak akan sama dengan jika ia menandatangani dirinya sebagai Jean-Paul Sartre, penerima Hadiah Nobel.

Dalam alasan objektif, Sartre menganggap bahwa Hadiah Nobel hanya dibuat dan diperuntukkan oleh orang-orang Barat saja, khususnya orang-orang Eropa. Selain itu, ia menganggap bahwa Hadiah Nobel adalah penghargaan ala-ala kaum borjuis yang juga diinterpretasi oleh orang-orang borjuis pula. Sartre juga tidak ingin dirinya diinstutisionalisasi ke dalam suatu kubu, dalam konteks ini adalah Hadiah Nobel.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sartre menolak Hadiah Nobel karena khawatir hal itu akan membatasi pengaruh karyanya. Selain itu, dia merasa kecewa bahwa situasi tersebut membuat keputusannya menolak Hadiah Nobel terlihat sebagai keputusan yang kontroversial.

Karya-karya Jean-Paul Sartre

Dilansir dari history.com, pada tahun 1943, Sartre menerbitkan salah satu karya kuncinya yang berjudul"Being and Nothingness,". Dalam buku tersebut, ia berargumen bahwa manusia terkondemnasi pada kebebasan dan memiliki tanggung jawab sosial. Sartre, dan juga Beauvoir, terlibat dalam gerakan sosial, mendukung komunisme, dan pergerakan mahasiswa radikal di Paris pada tahun 1968.

Juga pada tahun 1943, dia menulis salah satu drama paling terkenalnya, "The Flies,"dan "Huis Clos" (No Exit) pada tahun 1945. Pada tahun 1945, dia memulai sebuah novel berjudul "The Roads to Freedom" dalam empat volume, tetapi dia berhenti menulis dalam bentuk novel setelah menyelesaikan volume ketiga pada tahun 1949. Pada tahun 1946, dia terus mengembangkan filsafatnya dalam "Existentialism and Humanism."

Pada tahun 1950-an dan 60-an, Sartre mengabdikan dirinya pada studi tokoh sastra seperti Baudelaire, Jean Genet, dan Flaubert. "The Family Idiot," karyanya tentang Flaubert mencapai empat volume, tetapi hanya tiga yang diterbitkan.

HISTORY | BIG THINK | THE HANSINDIA
Pilihan editor: Mengenal Gunter Grass, Sastrawan Jerman yang Memenangi Nobel Sastra

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


8 Hal Menarik di Cannes Prancis selain Festival Film

21 jam lalu

Cannes, French Riviera, Prancis (Pixabay)
8 Hal Menarik di Cannes Prancis selain Festival Film

Dari pantai, tempat belanja, hingga kuliner, ketahui hal lain yang menarik di Cannes selain festival film tahunan.


Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

6 hari lalu

Tentara Prancis dari Batalyon ke-7 Pemburu Pegunungan Alpen mengambil bagian dalam latihan sebagai bagian dari penempatan Forward Presence (eFP) NATO yang ditingkatkan untuk memperkuat keamanan regional, di pangkalan militer NATO di Tapa, Estonia, 19 Maret 2022. REUTERS/Benoit Tessier
Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

Rusia menemukan banyak warga negara Prancis yang tewas di Ukraina.


Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

7 hari lalu

Timnas Indonesia U-23. Foto : PSSI
Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

Timnas Indonesia akan satu grup dengan tuan rumah Prancis, Amerika Serikat, dan Selandia Baru bila lolos Olimpiade Paris 2024.


Selain Istana Versailles 4 Chateau di Paris Ini Tak Kalah Megah dan Menakjubkan

8 hari lalu

Istana Versailles. Unsplash.com/Tharun Thejus
Selain Istana Versailles 4 Chateau di Paris Ini Tak Kalah Megah dan Menakjubkan

Kalau sudah pernah ke Istana Versailles dan ingin mencari tempat baru, berikut ini adalah istana terbaik di dekat Paris


Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

8 hari lalu

Presiden Prancis Emmanuel Macron menempuh perjalanan kereta bersama Kanselir Jerman dan Perdana Menteri Italia menuju Kyiv setelah berangkat dari Polandia, 16 Juni 2022. Pemerintah Kyiv berharap akan diikuti dengan tindakan nyata untuk membantu  itu dalam perang dengan Rusia. Ludovic Marin/Pool via REUTERS
Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

Emmanuel Macron mengutuk blokade oleh demonstran pro-Palesitna yang menutup pintu-pintu gerbang masuk ke universitas.


Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

11 hari lalu

Beyonce. Instagram/@beyonce
Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.


Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

12 hari lalu

Ziad Mansour, duduk di samping puing-puing rumah yang hancur akibat serangan mematikan Israel  di Rafah , Jalur Gaza, 9 Januari 2024. Perang antara Israel dan Kelompok Hamas Palestina di Jalur Gaza sudah memasuki hari ke-100, sejak pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sebanyak 23.843 orang di Gaza. REUTERS/Mohammed Salem
Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.


Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

12 hari lalu

Foto udara menunjukkan kawasan Place de l'Etoile dan Arc de Triomphe yang sepi di Paris, saat lockdown untuk memperlambat penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19) Prancis, Rabu, 1 April 2020. REUTERS/Pascal Rossignol
Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.


Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

19 hari lalu

Petugas kepolisian menahan pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Texas, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Austin, Texas, AS 24 April 2024. REUTERS/Nuri Vallbona
Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.


Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

23 hari lalu

Duta Besar Aljazair untuk PBB Sofiane Mimouni berbicara sebelum pemungutan suara mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di markas besar PBB di New York, AS, 20 Februari 2024. REUTERS/Mike Segar
Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"