TEMPO.CO, Jakarta - Film dokumenter Coldplay: A Head Full Of Dreams berhasil meraup 3,5 juta dolar AS atau Rp51 miliar dari 300.000 penonton, dalam penayangan satu malam serentak secara global pada 14 November lalu.
Trafalgar Releasing mendistribusikan film karya Mat Whitecross itu di 70 negara dan mencetak nomor satu tempat box office di Belanda, nomor dua di Inggris, Australia dan Italia dan posisi nomor lima di AS.
Ini adalah peluncuran dengan performa terbaik untuk sebuah film musik rock di 2018. Rilis film ini bekerja sama dengan tim manajemen Coldplay di Warner Music, Parlophone dan Dave Holmes Management.
Film yang diputar di 2.650 bioskop itu menggambarkan perjalanan Coldplay dari asal-usul yang sederhana hingga menjadi superstar yang mengisi stadion dan mencakup cuplikan di belakang panggung dari tur terbaru A Head Full of Dreams serta cuplikan arsip, pertunjukan, dan wawancara.
Sebelumnya Trafalgar mencetak sukses di Inggris dengan "Peter Jackson The Shall Not Grow Old" dan malam ini akan merilis secara global "Burn The Stage: The Movie", tentang sensasi K-Pop, BTS, demikian dilansir deadline.com.
Sebelumnya, Coldplay menghasilkan lebih dari 500 juta dolar AS (sekitar Rp6,75 triliun) dari tur global mereka yang baru saja dirampungkan, kata promotor band itu pada Kamis, 16 November 2018. Hal tersebut membuat Coldplay menjadi band dengan pendapatan terbesar ketiga dalam sejarah.
Band asal Inggis itu menggelarkan konser ke-114 sekaligus yang terakhir dalam tur "A Head Full of Dreams" pada Rabu malam di Buenos Aires, menghabiskan penjualan tiket senilai 523 juta dolar AS (sekitar Rp7,06 triliun), kata Live Nation.
Hanya dua konser lain yang penghasilannya lebih besar: rocker asal Irlandia U2, yang mengantongi 784 juta dolar AS (sekitar Rp10,5 triliun) dalam tur "360" mereka dari 2009 sampai 2011, dan The Rolling Stones, yang pendapatannya sedikit di atas Coldplay dengan konser "A Bigger Bang" mereka satu dekade lalu.
Baca: Film Coldplay Ungkap Kesedihan Chris Martin Saat Bercerai
Coldplay memakai teknologi canggih untuk turnya. Para penonton diberikan gelang interaktif yang dapat berubah warna sesuai dengan musik dan display mengagumkan dengan laser dan confeti. Band yang digawangi oleh Chris Martin yang muncul pada awal 2000-an, sebelumnya mengisyaratkan bahwa A Head Full of Dreams akan jadi album penuh terakhir mereka, walaupun mereka merilisi EP baru pada Juli. Tur mereka dimulai pada Maret 2016, juga di Buenos Aires, dan mencapai hampir 5,4 juta penggemar, menurut Live Natio.