TEMPO.CO, Denpasar - Ada yang menarik dalam kegiatan diskusi yang diadakan Lingkara Photography Community di Denpasar, Bali, kamis malam lalu. Bertajuk Liturgi di Balik Jeruji, diskusi itu menghadirkan grup musik Antrabez, yang seluruh personelnya merupakan narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan.
Jeruji besi tak membuat kreativitas mereka terkungkung. Pada 28 Oktober 2016, Antrabez meluncurkan album perdana mereka.
Kepala Lapas Kerobokan Tonny Nainggolan mengatakan Antrabez diambil dari akronim Anak Terali Besi. Ia menjelaskan Antrabez bukan hanya sekedar nama untuk grup musik saja.
"Antrabez juga nama komunitas warga binaan Lapas Kerobokan dan mitra kami," katanya, Kamis, 16 Maret 2017. Mitra Antrabez, kata dia, di antaranya Erick EST, pembuatan video klip dan Anom Darsana, Antida Recording Studio.
Menurut Tonny, Antrabez dalam satu bulan Antrabez mendapatkan izin untuk keluar lapas tiga kali untuk kegiatan pementasan maupun diskusi.
Semua kegiatan Antrabez di luar, ujar dia, tetap dikawal oleh petugas Lapas Kerobokan.
"Di luar itu, kalau melebihi tiga kali, adalah acara kedinasan internal kami," ujarnya.
Personel grup musik Antrabez terdiri atas Octaf (bass), Riva (gitaris), Febri (vokalis), Ronald (keyboard), dan Daus (drum). Lagu-lagu Antrabez cenderung bernuansa slow.
Octaf menuturkan, ia dan teman-temannya memilih aliran musik yang diusung saat ini agar pesan dalam lagu bisa dinikmati oleh semua kalangan.
"Kalau kami membuat musikalitas yang ego, lalu pesan kami apa? Saya ingin berbagi dengan teman-teman untuk mencari jenis apa, karena belum tentu semua suka rock and roll," tuturnya.
Adapun Erick Est mengatakan banyak kesan dalam penggarapan video klip Antrabez. Di dalam Lapas, kata dia, banyak narapidana yang mencoba untuk terus mengembangkan kreativitas dalam pembinaan.
"Di sana mereka melakukan sablon, melukis, pertanian, belajar bahasa Inggris. Coba masuk dalam pikiran mereka, bagaimana cara sehari saja untuk mencapai sesuatu yang lebih besar," katanya.
Pengurus Lingkara Photography Community Yan Palapa mengatakan agenda diskusi setiap dua pekan ini diberi nama Lingkara Photo Coffee. "Agenda ini awalnya sambil ngopi ngobrolin foto. Berkembang menjadi banyak obrolan untuk berbagi pengalaman tidak hanya fotografer saja, jadi mengakomodir di luar fotografi sebagai sumber kami cari ilmu," ujarnya.
Menurut dia, diskusi dan pementasan yang menghadirkan Antrabez sudah lama direncanakan. "Kami menyesuaikan, dan kami saling mendukung. Walaupun tidak dalam satu keilmuan yang sama, tapi ajang pertemuan berbagai ide, semoga nanti bisa membantu semua," tuturnya.
BRAM SETIAWAN