TEMPO.CO, Jakarta - Koreografi terbaru Eko Supriyanto, Balabala, akan segera tampil di beberapa panggung di beberapa negara di Asia, Australia, dan Eropa. Roadshow ke beberapa negara ini rencananya akan dimulai tahun depan. Koreografi ini dipentaskan pada Sabtu-Ahad, 5-6 November 2016, dalam acara penutupan Salihara International Performing Art Festival (SIPFest), di Salihara, Jakarta Selatan.
“Ini pertama kali mereka tampil di depan penonton. Setelah ini, kami akan tampil di beberapa negara,” ujar Eko Supriyanto usai pementasan Balabala, Sabtu, 5 November 2016.
Baca Juga:
Koreografer sekaligus penari ini menyebutkan, selain Balabala, Cry Jailolo pun akan ikut mengunjungi beberapa negara. Koreografi Balabala dan Cry Jailolo akan ditampilkan di Sydney dan Melbourne (Januari dan Maret), serta Jepang dan Taiwan (Juni-Juli). Untuk pentas Balabala saja akan dipentaskan di Jepang (Februari), Belgia, Jerman dan Belanda pada Mei mendatang. Sedangkan Cry Jailolo akan dipentaskan di Ramalah, Palestina, pada April 2017. Koreografi yang ditarikan anak-anak muda Jailolo yang mahir memanjat pohon kelapa ini sebelumnya pernah ditampilkan di Indonesia, Jerman, dan Jepang pada tahun lalu. Koreografi ini memang mengandalkan kekuatan kaki yang bergerak sepanjang pertunjukan.
Balabala merupakan koreografi yang dikonstruksi dari tarian perang Cakalele dan Soya-soya yang biasanya ditarikan laki-laki. Namun Eko Supriyanto kemudian membuat koreografi baru yang juga menggabungkan dengan tari pergaulan Baronggeng, pencak silat, dan kesahajaan masyarakat Jailolo. Koreografinya menampilkan gerakan yang dinamis dan lincah, tapi ada pula dalam gerak yang sangat lambat. Ditarikan oleh lima gadis muda Jailolo yang dilatih selama lebih dari satu tahun.
“Saya melihat semangat dan optimisme anak-anak sangat besar. Ini yang kemudian tercerminkan pula dalam gerakan dalam tari Balabala. Eko senang bisa menampilkan koreografi yang dalam pementasan tersebut didukung Kedutaan Besar Denmark di Indonesia.
DIAN YULIASTUTI