TEMPO.CO, Jakarta - Minke dan Nyai Ontosoroh melewati masa kepedihan kala ditinggal Annelies ke Belanda dengan berbagi kisah lewat surat-surat yang mereka baca secara bergiliran. Keduanya tak bisa melakukan apa-apa, malah menjadi tahanan rumah oleh polisi Hindia-Belanda selama dua pekan. Perjalanan Annelies ke Belanda dikisahkan Panji Darman lewat surat-surat yang ia kirim. Lewat surat, ingatan beterbangan ke masa-masa awal: pertemuan, perkenalan, kebahagiaan menjalani hidup baru bertiga antara Nyai Ontosoroh, Minke, dan Annelies.
Hal tersebut merupakan rangkuman kisah cinta Minke-Annelies yang terdapat pada novel pertama dan kedua tetralogi Buru, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Teater ini dipentaskan sebagai persembahan untuk mengenang 10 tahun meninggalnya Pramoedya Ananta Toer. “Ini pengalaman baru di atas panggung. Biasanya hanya main film, sudah lama tak main seperti ini, excited banget,” ujar Reza Rahadian yang berperan sebagai Minke saat ditemui seusai pementasan pertama Bunga Penutup Abad di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2016.
Jika pada novel Anak Semua Bangsa ditonjolkan sisi perjuangan Minke, dalam pementasan ini, Happy Salma dan Wawan memberi ruang untuk menghadirkan kisah cinta Minke-Annelies yang dihadirkan lewat memori saat Annelies sudah tak ada lagi. Pementasan ini butuh waktu persiapan sekitar 3 bulan. Namun Happy dan Wawan sudah menggodok naskah sejak tahun lalu.
Menurut Happy, ia dan Wawan mencoba berbagai formula untuk menghasilkan naskah yang bisa disajikan serta menghadirkan nuansa baru, tak hanya dari kisah Bumi Manusia. Maka, kisah dari novel Anak Semua Bangsa pun turut dilirik. Mereka mengambil cerita surat-surat Panji Darmin yang mengisahkan kondisi Annelies selama perjalanan ke Belanda hingga ia tiada. “Kami memang fokus mengambil kisah cinta lewat surat. Banyak kejadian dalam novel dan tentu harus kami pilih untuk bisa dikisahkan,” tutur Happy Salma. Naskah pun sempat dilepas untuk dibaca oleh kawan yang sudah pernah dan belum membaca tetralogi Buru.
Pentas ini menghadirkan sosok Jean Marais (diperankan Lukman Sardi), pria Prancis mantan veteran perang yang beralih profesi sebagai seniman lukis. Jean adalah sahabat Minke, yang membuatkan lukisan Annelies sebagai pelipur lara. Minke menamai lukisan itu Bunga Penutup Abad.
Di panggung teater perdananya, usaha Reza Rahadian memerankan Minke patut diapresiasi. Meski di awal, ia sempat tampak masih kaku dan ada logat Jawa yang tiba-tiba hilang di tengah dialog. Di pertengahan hingga akhir, Reza mampu menghadirkan emosi yang cukup porsi. Demikian halnya dengan Chelsea Islan. Beberapa kali ekspresinya terlampau tegang, sekalipun ia mesti menunjukkan sosok mayat hidup akibat pukulan yang menghantam dirinya dan keluarga, yang tak mampu ia topang. Annelies adalah perempuan ceria. Namun jiwanya sangat rapuh. “Ini pertama kalinya juga buat aku. Cukup perlu menyesuaikan lagi karena tampil di GKJ, sedangkan selama ini latihannya di tempat lain,” ucap Chelsea. Ia pun mengaku gugup kala harus menari sambil menyanyikan sebuah lagu anak.
Pentas teater Bunga Penutup Abad menampilkan aktor teater Happy Salma sebagai Nyai Ontosoroh, Reza Rahadian sebagai Minke, Lukman Sardi sebagai Jean Marais, dan Chelsea Islan sebagai Annelies. Pementasan ini disutradari Wawan Sofwan, yang sebelumnya menggarap berbagai pementasan, seperti Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh, Monolog Inggit, Musikal Sangkuriang, Rumah Boneka, dan Subversif.
AISHA S.