Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

image-gnews
Ratna Riantiarno memotong tumpeng usai menggelar persiapan pementasan lakon
Ratna Riantiarno memotong tumpeng usai menggelar persiapan pementasan lakon "Semar Gugat", 24 Februari 2016. TEMPO/Dian Yuliastuti
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Teater Koma pimpinan Nano Riantiarno akan memperingati ulang tahunnya yang ke-39 pada 1 Maret mendatang. Pimpinan Produksi sekaligus manajer Teater Koma berharap teater yang didirikan 12 orang termasuk suami, dirinya ini terus mampu berkiprah. Teater ini berdiri pada yang berdiri sejak 1 Maret 1977.

“Semoga tetap bisa berkarya, memberikan kritik dan tetap koma,” ujar Ratna saat konferensi pers  serta persiapan pementasan lakon Semar Gugat di Sanggar Teater Koma di kawasan Bintaro, Rabu, 24 Februari 2016.

Hingga kini, teater ini sudah memproduksi puluhan lakon yang menjadi 143 produksi pementasan. Beberapa lakon bahkan dipentaskan berulang kali dan tetap dipenuhi penonton. Teater ini juga pernah dihentikan untuk berpentas dalam beberapa kali lakon pementasan seperti Maaf, Maaf, Maaf; Opera Kecoa; Sampek Engtay, Suksesi. "Kami juga tak tahu alasannya dilarang," ujar Nano.

Nano membeberkan rahasia teater pimpinannya untuk tetap bisa bertahan selama 39 tahun. Menurutnya teaternya tetap berjuang, selain itu juga harus tetap berlatih, mempunyai naskah yang baik dan sutradara yang baik. Teater Koma juga bertahan sedemikian lama karena mempunyai anggota yang setia, penonton yang setia.  “Seain itu, teater juga harus mengerti apa yang disukai masyarakat atau penonton,” ujar Nano.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nano mengakui masih sulit mewujudkan keinginan penonton untuk menyuguhkan lakon teater dari naskah yang ditulisnya dalam durasi yang singkat.  Umumnya lama pertunjukan teater Koma berlangsung 3-3,5 jam, bahkan pernah hingga hampir 5 jam. Dia membandingkan pentas teater di manca negara juga selama itu. “Saya pengin bisa bikin dua jam, tapi sulit sekali. Banyak yang harus disampaikan.”

Pada acara itu selain persiapan pentas dengan memberikan sedikit bocoran adegan lakon ini, juga dilakukan pemotongan tumpeng. Pemotongan tumpeng ini dimaksudkan sebagai harapan kesuksesan pentas Semar Gugat juga kesuksesan untuk Teater Koma.  Ratna memberikan potongan tumpeng disertai lauk pauk lalu diserahkan kepada Nano. Sebelumnya salah satu anggota teater, Idrus Madani memimpin doa untuk teaternya itu.



DIAN YULIASTUTI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

Direktur Seni Nuit Blanche, Sean C.S Hu menyampaikan program Nuit Blanche ketiga di kota Taipei, Taiwan, 4 Oktober 2018.  Martha Warta Silaban/TEMPO
500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.


Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Meme Setye Novanto. twitter.com
Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto


Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Seniman Teguh Ostenrik tengah mempersiapkan karyanya yang akan dipajang di Kalijodo. Foto: Gino Hadi Franky
Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.


Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Ilustrasi wanita membuat video. shutterstock.com
Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.


Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

I Putu Sunarta dan dua gitar Divart karyanya jenis akustik dan elektrik. Lokasi di rumahnya, Banjar Dukuh, Desa Penebel, Tabanan, Bali, Selasa, 11 Juli 2017/BRAM SETIAWAN
Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.


Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku - Arie Smit, Maestro Pemburu Cahaya.  Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.


Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Direktur Museum Van Gogh, Axel Rueger (kiri), berpose di samping lukisan
Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.


Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Seniman asal Jogja, Gatot Indrajati. idchinaart.org
Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.


Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

TEMPO/Tony Hartawan
Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.


Jakarta Berubah, Monumen Penting Karya Edhi Sunarso Kesepian

5 Januari 2016

Patung Pembebasan Irian Barat karya Edhi Sunarso di Lapangan Banteng, Jakarta. Dok. TEMPO/Bernard Chaniago
Jakarta Berubah, Monumen Penting Karya Edhi Sunarso Kesepian

Edhi membangun tiga monumen penting di Jakarta: Selamat Datang,
Dirgantara di perempatan Pancoran, dan Pembebasan Irian Barat di
Lapangan Banteng.