TEMPO.CO, Taipei - Sebanyak 500 seniman turut meramaikan pesta seni Nuit Blanche ketiga di Taipei, Taiwan, pada Sabtu, 6 Oktober 2018. Pesta seni ini akan berlangsung mulai pukul 18.00 waktu setempat selama 12 jam hingga Minggu, 7 Oktober 2018 pukul 06.00.
Seniman yang terlibat berasal dari dalam dan luar negeri Taiwan, di antaranya dari Prancis, Kanada, dan Jepang. Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan dari luar Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.
Seniman asal Kanada, Liam Morgan, meyiapkan instalasi berjudul Untitled Monochrome untuk pesta seni ini. Karyanya ditampilkan di Taipei Expo Park. Pria yang tinggal di Thailand sekitar 10 tahun itu awalnya terinspirasi dari kehidupan masyarakat Thailand yang lekat dengan kuil sebagai tempat beribadah dan menyelenggarakan sejumlah upacara.Liam Morgan, seniman asal Kanada, yang turut serta dalam Nuit Blanche 2018 di Taipei, Taiwan. Martha Warta Silaban/TEMPO
Warna hitam putih dari instalasi yang terdiri dari 120 bohlam itu akan berputar seperti kincir angin di Taipei Expo Park. Konsep hitam putih ingin menampilkan kontras dan keseimbangan. "Berbeda dengan konsep kuning dan biru yang saya gunakan di Thailand, krn kedua warna itu mensimbolkan dua kubu politik di sana," kata Liam yang ditemui di Taipei, di sela-sela mempersiapkan instalasi, Jumat, 5 Oktober 2018.
Di tempat berbeda, seniman asal Taiwan, Wang Teyu, menampilkan balon udara di salah satu ruangan di Toko Buku Indi atau Independen. Balon udara berwarna putih itu disesuaikan dengan Nuit yang berarti putih dalam bahasa Prancis. Di dalam balon udara itu, tersedia sejumlah buku dan bangku, yang di dalamnya pengunjung dapat merasakan suasana membaca buku selama 15 menit.
"Balon udara putih ini menunjukkan udara. Dan tema yang saya angkat adalah "Dream", kata Wang, Jumat sore waktu setempat. Ini mengatakan impian yang disampaikan melalui udara.Seniman Teyu Wang (kiri) dan Kurator Phebea Shen (kanan) di dalam instalasi balon udara di salah satu toko buku Indi di Taipei, Taiwan, Jumat, 4 Oktober 2018. (Martha Warta Silaban/ TEMPO)
Sementara itu para pekerja migran asal Indonesia dan Filipina bergabung dalam grup "One Forty" untuk mempersembahkan musik. Menurut Direktur Seni Nuit Blanche Taiwan 2018, Sean C.S Hu, para pekerja migran itu mewakili perspektif baru sekaligus Asia Tenggara.
Adapun Nuit Blanche yang berarti malam putih adalah malam yang menunjukkan kepada masyarakat bahwa acara seni berlangsung tanpa henti hingga pagi hari. Hal ini sekaligus mengajak masyarakat untuk mengenal seni kontemporer.
Saat ini ada 30 negara yang menyelenggarakannya. Di Asia, di antaranya diadakan di Taiwan, Jepang dan Singapura.
Baca: Taiwan Gelar Nuit Blanche Ketiga, Usung Konsep Upside Down City
Nuit Blanche awalnya digelar di Paris, Prancis pada 2002. Menyusul kemudian negara- negara lainnya di berbagai belahan dunia ikut mengadakan acara serupa. Pergelaran ini rutin sekali setahun diadakan pada akhir pekan pertama Oktober.