TEMPO.CO, Jakarta -Dewi Lestari, 39 tahun, baru saja bersuka cita tampil reuni bersama grup vokalnya: RSD (Rida Sita Dewi) di Konser 90-an pekan lalu. Trio ini adalah salah satu ikon 1990-an. Dee--panggilan Dewi--mengaku santai menjelang konser reuni tersebut. ”Sebetulnya orang datang kebanyakan untuk nostalgia. Jadi kami nyanyi untuk bersenang-senang,” ujar penulis Supernova ini, kepada Tempo pekan lalu. Nostalgia? Baiklah. Berikut ini memori Dee tentang era 1990-an.
Musikus 90-an yang jadi idola?
Saya menyukai para penulis/pencipta lagu seperti Sarah McLachlan dan Paula Cole. Secara umum, saya menyukai Pearl Jam, Blind Melon, Crowded House, dan sebagainya. Untuk Indonesia, saya senang Sheila on 7, Padi, Tic Band, Jikustik.
Tontonan yang menarik dan berkesan?
Saya bukan penonton televisi. Tapi era 1990-an adalah masa kejayaan MTV Indonesia. Selain itu, sitcom Friends sangat terkenal. Beberapa sinetron di Indosiar pada awal berdirinya bagus-bagus, seperti Abad 21, Kipas-kipas Asmara, dan lain-lain.
Permainan dan jajanan pada masa itu?
Sewaktu 90-an saya sudah kuliah, jadi enggak melakukan permainan kanak-kanak dan jajan. Tapi memang saya main PS (PlayStation) dan sering ke warnet untuk browsing. Sedangkan jajanan saat itu adalah awal-awal kuliner Bandung mulai terkenal ke Jakarta, seperti pisang molen, batagor, dan variasi serabi.
Barang yang keren waktu itu?
Sepatu Doctor Martens. Sampai sekarang model Docmart tidak lekang oleh zaman. Kualitasnya memang bagus. Juga jins Levi’s 501 yang pakai kancing (bukan ritsleting). Model jins seperti itu lebih manusiawi ketimbang model skinny zaman sekarang yang mencekik kaki.
Kalau diberi kesempatan untuk menjadi salah satu tokoh kartun anak yang terkenal di tahun 90-an, tokoh seperti apa yang dipilih?
Saya nggak ingat tokoh kartun terkenal tahun ’90-an. Seingat say, Doraemon. Sampai sekarang Doraemon tetap beken. Saya nggak pengin jadi Doraemon, tapi mau kalau punya teman kayak Doraemon.
AISHA SHAIDRA