TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Produser Film Indonesia menengarai sedikitnya 20 situs melakukan pembajakan terhadap film-film lokal maupun internasional. Pembajakan inilah yang merugikan industri film, khususnya para pembuat film.
“Hampir setiap hari mungkin. Efeknya ini lho yang bikin industri ini mati, yang paling terlihat ya dari penjualan DVD Home Video,” ujar Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) Sheila Timothy seusai konferensi pers kerja sama bidang film Indonesia dengan Korean Academy of Film Art, Sabtu, 4 April 2015m di Hotel Pullman.
Menurut Sheila, efek pembajakan film ini terlihat pada makin menurunnya jumlah penonton ke bioskop. Efek lainnya yang sangat dirasakan para produser adalah harga DVD Home Video sebagai minimal garansi pengembalian modal pembuatan film turun sangat drastis.
Sheila mencontohkan, pada 2009, cakram padat per judul film dibanderol Rp 200-250 juta. Namun, pada 2012, harganya turun jauh menjadi hanya Rp 20 juta. “Sekarang hanya Rp 5 juta, kami tahu karena dari pengalaman saya membuat film,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, karena banyaknya situs yang melakukan pembajakan, penjualan film Indonesia di luar negeri pun lebih seret. Para agen film enggan membeli karena film sudah muncul dan bisa ditonton melalui situs bajakan. Biasanya para pembajak ini, kata Sheila, mengunggah film lalu mengunduh dan menyimpannya dalam cakram padat.
Masalah pembajakan ini akan diperbincangkan lebih serius bulan depan dalam sebuah diskusi. Aprofi akan mengundang unsur pemerintah, seperti Direktur Jenderal HAKI dan Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta pakar dari Korea Selatan dan Amerika Serikat yang berkecimpung mengatasi masalah pembajakan ini.
DIAN YULIASTUTI