TEMPO.CO, Purbalingga - Film berjudul Kalung Sepatu besutan sutradara pelajar Purbalingga berhasil meraih special mention dalam Festival Film South to South (StoS) 2012. Film pendek ber-genre fiksi tersebut disutradarai oleh Dwi Astuti, pelajar Sekolah Menengah Negeri Kutasari, Purbalingga. “Penghargaan ini cukup membanggakan bagi saya dan sekolah saya,” ujar Dwi Astuti saat dihubungi Tempo, Senin 27 Februari 2012.
Dwi mengatakan penghargaan itu bisa memotivasi pelajar lain di sekolahnya untuk berkarya membuat film pendek. Menurutnya, selama ini banyak sekolah lain di Purbalingga yang langganan mendapat penghargaan, sehingga membuat ia termotivasi membuat film pendek.
Film Kalung Sepatu berkisah tentang anak lelaki bernama Budi. Budi dilahirkan dari keluarga penderes nira yang dijadikan gula kelapa. Budi yang hanya tinggal dengan bapaknya mempunyai kegilaan terhadap sepakbola.
Suatu ketika Budi kesulitan membagi waktu antara membantu bapaknya yang sedang sakit untuk mengambil air nira di pohon kelapa dengan latihan sepakbola. Sampai akhirnya sepatu sepakbola Budi dibakar bapaknya. “Film ini memang menceritakan kisah lokal, yang banyak terjadi di lingkungan desa kami,” ujar siswi kelas XII ini.
Selain prestasi tersebut, film berdurasi 15 menit yang diproduksi pada 2011 itu juga menjadi Finalis Festival Film Solo (FFS) 2011 Kategori Gayaman Award dan Film Fiksi Terbaik Festival Film Purbalingga (FFP) 2011.
Pada penyelenggaraan StoS Film Festival kali ini, tiga film fiksi dan empat film dokumenter Purbalingga berhasil menjadi finalis. Berdasarkan catatan, pada StoS Film Festival 2010, film Purbalingga Sang Pawang Air sutradara Bowo Leksono juga berhasil meraih penghargaan special mention.
Direktur Komunitas Pencinta Film Purbalingga, Bowo Leksono, mengatakan penghargaan yang diraih pelajar Purbalingga seharusnya bisa memantik pelajar lainnya untuk lebih berprestasi. “Media film pendek saat ini sedang menjadi tren di kalangan pelajar untuk aktualisasi pelajar,” katanya.
Bowo mengatakan malam penganugerahan festival film dua tahunan tersebut digelar di Goethe Institute (Pusat Kebudayaan Jerman) Jakarta. Ia menuturkan, pada kategori fiksi, dari 7 film finalis, dewan juri tidak menghasilkan film terbaik. Tapi memberikan penghargaan juri (special mention) untuk film Kalung Sepatu” dan “Jakarta 2012” sutradara Andra Fembriarto dari Jakarta.
Salah satu juri Perdana Kartawiyudha usai pengumuman mengatakan kedua film peraih penghargaan itu cukup dekat dengan lingkungan sosial para pembuatnya. “Film-film itu unik sesuai dengan tema festival dan masalah yang diangkat dekat dengan filmmaker-nya,” ujar pendiri lembaga kursus Serunya Screenwriting ini.
ARIS ANDRIANTO