TEMPO Interaktif, Bandung - Band legendaris The Rollies pada 5 Januari tahun depan akan masuk dapur rekaman untuk membuat album baru yang berisi 10 lagu baru dan lawas. Teungku Zulian Iskandar alias Is Rollies mengatakan, kelompoknya tetap akan mempertahankan warna musik The Rollies. Alat-alat musik tiup seperti terompet dan saksofon tetap dipakai.
"Kami tidak akan mengubah karena warna musik (Rollies) sangat langka di Indonesia," ujar pemain saksofon berumur 61 tahun itu di Bandung, Rabu (24/11).
Sejumlah personel yang masih menghidupkan The Rollies kini seperti Is Rollies, Utje F Tekol, dan Abadi Soesman, telah menyiapkan beberapa lagu baru. Aransemen lagu-lagu lawas yang diminta produser pun sedang disiapkan. Namun band asal Bandung yang dibentuk pada 1967 itu belum menentukan lagu mana saja yang akan diubah.
Kembalinya The Rollies ke dapur rekaman, ujar Is, karena ditawari produser musik. Selain itu beberapa musisi gaek The Rollies yang kini berusia 50-60 tahun itu ingin membuktikan kesanggupan berkarya. "Kreativitas kami belum mati," ujarnya.
Menurut Is, mereka tidak berharap banyak dari segi materi, melainkan musikalitas yang ditawarkan. Di album baru ini, The Rollies akan mencampur musik pop dan brass rock. "Kami ingin menyumbangkan sesuatu untuk musik Indonesia di pengujung umur," katanya.
Album perdana The Rollies yang diluncurkan pada 1969 berjudul Pop Sound. Kompilasi yang direkam di Singapura itu berisi cover version lagu-lagu top barat ketika itu, misalnya Love Of A Woman (Samantha Sang) dan I Feel Good (James Brown). Pada 1971, meluncur album kedua bertajuk Let's Start Again dengan vokalis Deddy Sutansjah.
Menurut Ketua Komunitas Classic Rock Bandung Muhammad Kusen, corak musik brass rock The Rollies banyak dipengaruhi band Chicago, Tower of Power, juga Blood, Sweat, and Tears. Sepanjang1970-an, The Rollies produktif menelurkan lebih dari 6 album. "Masuk tahun 80-an, coraknya lebih ke pop," ujarnya.
Band yang pernah beranggotakan Gito dan Delly Rollies itu diantaranya melejitkan lagu Bimbi, Astuti, dan Kemarau.
ANWAR SISWADI