"Kegiatan ini menjadikan citra baik bagi Indonesia. Selain itu, dengan perhelatan ini akan menjadi semacam culture exchange adiluhung dan bisa saling menghargai," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik.
Art Summit adalah festival kesenian kontemporer yang dirancang sebagai salah satu media peningkatan apresiasi atas kekayaan dan keragaman kesenian dalam konteks multikultur. Perhelatan ini akan dimeriahkan oleh 10 penampil dari dalam negeri maupun mancanegara. "Kami berharap acara ini akan membawa kita pada perhelatan yang tak biasa, terkini dan terbaik," ujar Putu Wijaya, kurator festival ini.
Baca Juga:
Pada malam pembukaan Senin nanti akan tampil tarian kontemporer Hyun Ok dari Korea Selatan. Pembukaan akan diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Selain itu, perhelatan tiga tahunan ini akan diramaikan oleh penampilan Gamelan Pendro dan Cudamani karya I Made Arnawa, teater Wayang Suket oleh Slamet Gundono, gamelan oleh Blacius Subono, tari Sekar Kliwon karya Nanu Munajar dan lakon garapan Teater Satu dari Lampung.
Sedangkan penampil dari mancanegara di antaranya adalah tari Leine Roebana dari Belanda, musik Talea Ensemble dari Amerika dan musik Pierrot Lunaire dari Austria. "Sebagian besar karya dari penampil Indonesia adalah world premiere. Sedangkan dari luar negeri, sajian musik dari Amerika adalah pertunjukan yang pertama," ujar Putu.
Selain menampilkan seni pertunjukan, Art Summit juga akan dilengkapi oleh seminar yang diperuntukkan bagi pihak yang tertarik pada dunia kajian dan penelitian seni. Seminar mengangkat tema "Contemporary Arts and the Demand of Cultural Industries", yang akan dilaksanakan pada 11 Oktober. Pembicara seminar antara lain Cobina Gillit (Amerika), Nyak Ina Raseuki (Indonesia), Farouq Chaudry (London) dan Franky Raden (Indonesia).
Ismi Wahid