Para kandidat itu adalah The King (Jakarta), lazetta (Palembang), Smallville (Malang), The Babe (Medan), The Pumkin (Banjarmasin), The Pistol (Samarinda), TLB (Surabaya), Clique Kanan (Yogyakarta), FatLip (Bandung), Karikature (Semarang), Inzpirazi (Bekasi), Demores (Bali), Stage (Lampung), Wijazz (Makassar), Miladian (Pekanbaru), Everyday at Goerlitz (Manado), Add (Balikpapan), Freenoise (Cirebon), D’sedna (Mataram), dan Blue Pena (Padang).
Berbeda dengan pergelaran sebelumnya, Wanted kali ini menggelar "kursus kilat" yang dinamai Wanted Camp. Selama lima hari berturut-turut, para finalis dibekali dengan aktivitas sarat edukasi sebagai bekal menuju final.
"Pembekalan ini tak hanya memperkaya musikalitas, tapi juga pengetahuan secara keseluruhan mengenai industri musik," ujar Olivia Naida Siahaan, Brand Manajer PT. Sampoerna, dalam jumpa wartawan di FX Senayan, Rabu (4/8) lalu. Kegiatan Wanted Camp yang diikuti peserta di antaranya belajar rekaman langsung di studio Musica, membuat video klip mini, dan jam session.
Seperti tahun sebelumnya, sebuah album rekaman telah menanti band yang keluar menjadi pemenang pertama. "Tapi jangan khawatir, lima urutan besar juga akan masuk dapur rekaman untuk album kompilasi," ujarnya.
Label Musica yang menjadi mitra Wanted pun menaruh harapan besar untuk kemunculan idola baru di jagad musik nasional. "Setelah D’Masiv, Geisha, Kanan Llima, dan Butterfly, Musica menginginkan sosok band baru yang segar dan berkualitas," ujar bos Musica Indrawati Widjaja.
Namun, pengusaha musik yang kerap disapa Ibu Acin ini enggan menjual mimpi. "Memang tidak ada jaminan yang menang bakal sukses, karena kenyataan itu kadang tak sejalan," ujarnya. Ia mencontohkan kasus Magneto yang redup akibat permasalahan dari dalam band. "Selain dari pihak label, dari artisnya sendiri sebenarnya harus punya modal utama, yakni solid," ujarnya.
Aguslia hidayah