TEMPO Interaktif, Jakarta -
Pameran Seni Rupa "Carpe Diem"
Waktu: 5 – 19 Juli 2010
Tempat: Philo Artspace, Jalan Kemang Timur No.90C, Jakarta Selatan
Pameran yang dikurasi Tommy F. Awuy ini menampilkan karya 13 perupa, yakni Sonny Eska, Deddy Paw, Januri, Bambang Sudarto, Artadi, Utin Rini, Isa Perkasa, Ida Bagus Purwa, Cucu Ruchyat, Denny ‘Snod’ Susanto, Paul Hendro, Khairul El Kamal dan Riduan. "Carpe diem" atau "nikmatilah hari ini" merupakan pernyataan manusia untuk keluar dari ikatan problem waktu. Manusia tidak siap terus menerus menerima nasib oleh waktu dan alam. Satu-satunya jalan keluar dari problem waktu adalah menikmati hari ini.
Pameran Seni Rupa JAKARTA WASTED ARTISTS
Waktu: 13 – 27 Juli 2010
Tempat: AOD Artspace, Jalan Panglima Polim V No. 38, Jakarta Selatan, Indonesia
Seniman: Hauritsa, Henry Foundation, Krisgatha Achmad, Mateus Bondan, dan Mushowir Bing
Jakarta Wasted Artists terdiri atas seniman-seniman visual muda yang masih tetap eksis berkarya. Masing-masing seniman masih melakukan kerja industri untuk survive, mencari nafkah. Tapi bukan berarti 'berkesenian' (berkarya) hanya sekedar hobi. Intensitas dan persentase antara berkesenian dan kerja industri berjalan sejajar dalam pola hidup masing-masing. Bisa dibilang beban kita lebih berat, bekerja dan berkarya.
Pameran Tunggal Krisna Murti “MUTE ! THEATER”
Waktu: 13 – 18 Juli 2010 Pukul 10.00 – 18.00 WIB
Tempat: Bentara Budaya Jakarta, Jalan Palmerah Selatan No. 17, Jakarta, Indonesia
Wayang wong, sebuah bentuk teater tari yang populer di Jawa sejak sebelum Perang Dunia II, menjadi landasan untuk karya Krisna Murti. Di masa kecilnya ia akrab dengan Wayang Bharata di Semarang, Jawa Tengah. Puluhan tahun kemudian sebagai seniman media baru ia menziarahi bagian dari masa lalu itu yang ia manfaatkan sebagai alat ungkap untuk menyatakan pikiran dan tafsir tentang bermacam fenomena kebudayaan. Ia dipotret di dalam berbagai karakter wayang, dan kemudian digarapnya dengan bermacam latar, sejak dataran luas tanah yang hancur secara ekologis sampai lanskap industrial maupun atmosfir konsumtif di tengah pertokoan mewah di negeri makmur.
Dengan itu Krisna mengaktualkan wayang, masuk ke dalam kehidupan hari-hari ini. Di dalam kostum wayang ia berziarah ulang alik antara masa lalu dan masa kini. Penggunaan diri sendiri sebagai aktor tunggal memicu perenungan ulang tentang “tubuh”: personal maupun sosial, yang mampu mencuatkan beragam persoalan kekinian oleh permainan dari bermacam konteks yang melatarinya. Disajikan di dalam 21 buah digital prints dan 1 buah video instalasi “Empty Theater”.
Pameran Seni Rupa “Jejak Sang Guru”
Waktu: 14 – 21 Juli 2010
Tempat: Galeri Kita, Jalan L.L.R.E. Martadinata No. 209, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Peserta Pameran: Dosen (alm, purnabakti, aktif) dan alumni Senirupa IKIP/UPI Bandung
Kurator: Hardiman Adiwinata, Eddy hermanto, dan Ardianto
Pameran Seni “REALITY EFFECT”
Waktu: 13 – 21 JULI 2010
Tempat: Galeri Nasional Indonesia, Jalan Merdeka Timur No.14, Jakarta, Indonesia
Pameran Seni Rupa Kontemporer “Wall Street Arts”
Waktu: 11 Juli – 2 Agustus 2010 Pukul 11.00 – 20.00 WIB (Senin-Sabtu) dan 11.00 – 16.00 WIB (Minggu)
Tempat: Galeri Salihara, Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Indonesia
Seniman yang Berpartisipasi:
-- Jakarta (Indonesia): Bujangan Urban, Darbotz, Kims, Nsane5, Popo, Wormo, Tutu
-- Paris (Prancis): Ceet, Colorz, Gilbert, Kongo, Lazoo, Sonic
Seniman Tamu: Farhan Siki dan Soni Irawan
Kurator: Alia Swastika
Pameran Tunggal Made Wiguna Valasara “Animal Behaved”
Waktu: 9 – 21 Juli 2010
Tempat: Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur No. 100, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Dalam kebudayaan Indonesia, sudah sejak lama binatang ‘dipinjam’ untuk menyampaikan berbagai pesan moral melalui fabel. Sejumlah dongeng fabel, sebagian besar melekat dalam ingatan kolektif sebagian masyarakat; misalnya tentang kecerdikan si Kancil, tentang Buaya, kura-kura, monyet, bahkan ayam atau nyamuk. Hanya sayangnya, kisah-kisah dalam fabel itu seringkali hanya berhenti sebagai dongeng (setidak-tidaknya yang tertangkap dalam ingatan), namun tidak menumbuhkan kesadaran tentang bagaimana menjaga kelangsungan kehidupannya, atau ekosistemnya, meskipun sesungguhnya pesan moral semacam itu secara implisit pastilah ada di dalamnya.
Proses yang mengantar Valasara hingga ke bentuk dan tema (binatang) ini tentu tidak tiba-tiba sampai. Valasara semula menghadirkan gejala bentuk nonrepresentasional, yang bertumpu pada garis-garis. Pada fase itu, Valasara larut dalam permainan garis (dan warna), yang berupaya mempertemukan garis semu dengan garis nyata (berupa bilah-bilah bambu yang ditata atau dianyam) dan memunculkan bentuk yang atraktif. Dari pertemuan itu, terbentuk dimensi; ruang dan volume, dari yang semu hingga yang nyata.
Pameran Bersama Seni Rupa "Face & Mask"
Waktu: 8 -- 18 Juli 2010
Tempat: Grand Indonesia Shopping Town East Mall, Lower Ground, Jalan M.H. Tamrin No. 1, Jakarta, Indonesia
Seniman: Joko Sulistiono, Robi Fathoni, Seno Andrianto, Setyo Priyonugroho, dan Syaiful A. Rachman.
Kurator: Drs. Hardiman
Pameran Tunggal Lukisan Cat Air Agus Budiyanto “AQUAREVOLUTION”
Waktu: 8 – 18 Juli 2010
Tempat: Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur 14, Jakarta, Indonesia
Pameran Tunggal Seni Rupa Nadya Savitri Project #7: Ambivalensi
Waktu: 4 – 19 Juli 2010
Tempat: PLATFORM3, Jalan Cigadung Raya Barat No. 2, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Karya-karya Nadya Savitri berangkat dari wacana poskolonial yang berhubungan dengan gagasan tentang “tubuh ideal”. Dalam konteks masyarakat Indonesia, gagasan tentang keidealan tubuh juga telah terkonstruksi oleh sejarah kolonial: Kita cenderung melihat kulit putih, hidung mancung dan proporsi tubuh yang tinggi dan langsing, misalnya, sebagai ‘acuan’ kecantikan.
Nadya bermaksud mempertanyakan kembali konstruksi itu dengan menghadirkan objekobjek berbahan keramik porselen. Berbagai karakter visual yang ada pada karya-karya ini, termasuk kualitas permukaan, bentuk objek, karakter dekorasi dan warna glasir, dimaksudkan untuk memancing identifikasi kecantikan yang terkonstruksi oleh kolonialisasi dan globalisasi.
Pameran Foto Aborijin
Waktu: 5 – 18 Juli 2010
Tempat: Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jalan Antara 59, Pasar Baru, Jakarta
Kedutaan Besar Australia mempersembahkan pameran fotografi karya salah satu seniman fotografi Aborijin paling terkemuka Australia dan Artist of the Year 2009, Wayne Quilliam.
Pameran ini bertujuan untuk mempromosikan pemahaman yang lebih besar mengenai masyarakat dan budaya Aborijin Australia dan Torres Strait Islander dan merayakan kelangsungan hidup budaya Penduduk Asli dan kontribusi masyarakat Penduduk Asli bagi Australia yang modern. Pameran ini juga akan fokus pada hubungan sejarah antara Penduduk Asli Australia di Australia bagian utara dan pedagang dan nelayan Makassar.
Pameran Busana Mahasiswa Fakultas Seni Rupa IKJ
Waktu: 23 Juni – 25 Juli 2010
Tempat: Erasmus Huis, Jalan. H.R. Rasuna Said Kav. S-3, Kuningan, Jakarta Selatan, Indonesia
Mahasiswa Institut Kesenian Jakarta telah membuat rancangan busana khusus untuk Parade Busana yang telah diselenggarakan pada perayaan 40 tahun Erasmus Huis, 10 April 2010. Rancangan-rancangan yang unik tersebut akan ditampilkan di Erasmus Huis. Kolaborasi antara Institut Kesenian Jakarta dan Erasmus Huis menampilkan 11 kostum pada perayaan tersebut. Proses pengerjaan kostum oleh mahasiswa memakan waktu selama 4 bulan untuk memikirkan konsep, mendesain, memotong bahan, menjahit dan menyelesaikannya.
Selain kostum, mereka juga harus membuat aksesoris, sepatu dan detail lainnya untuk melengkapi penampilan secara keseluruhan. Presentasi, antara Erasmus dan tim dari IKJ, telah dilakukan 4 kali untuk memeriksa dan mengamati proses pengerjaan dari para mahasiswa. Rancangan para mahasiswa menunjukkan ketepatan rasa mereka dalam menyatukan dua budaya. Tentara "dutch man", wanita "windmollen", dewi "Balinesse", Gatotkaca yang dihiasi dengan bola-bola lucu, adalah beberapa diantaranya. Detail yang rumit dan lamanya pengerjaan tangan sangatlah berarti. Bambu, kawat, karet dan bulu digunakan untuk mengangkat rasa dan penampilan yang tepat. Para mahasiswa telah berhasil menterjemahkan apa yang panitia inginkan untuk dipertunjukkan pada masyarakat.
Pameran Inagurasi Green Artspace
Waktu: 26 Juni – 24 Juli 2010
Tempat: Green Artspace, Jalan. Abdul Majid Raya 46 A, Cipete Selatan, Jakarta Selatan, Indonesia
Kurator: Jim Supangkat.
Pameran inagurasi Green Artspace, Jakarta, yang didukung seniman-seniman Komunitas Cibubur ini bisa dikaitkan dengan pembebasan seni rupa dalam konteks kemunculan seni rupa. Karya-karya para anggota grup ini--yaitu Bonyong Munny Ardhie, Haris Purnomo, Moelyono, Umbu LP Tanggela, Bambang Sudarto, Dirman Saputra, Tri Sapta Anggoro, dan Alex Kela Susanto--memperlihatkan pembebasan fungsi komunikasi bahasa visual yang direduksi pada perkembangan seni rupa modern.
Pameran Seni Rupa “N(art)URAL”
Waktu: 9 – 23 Juli 2010
Tempat: Tembi Rumah Budaya, Jalan Gandaria 1/47 B, Jakarta Selatan, Indonesia
Tembi Rumah Budaya, Jakarta, memberi kesempatan kepada dua seniman muda, Aldhi Sukmaruhi (aldicurut) dan Slamet Rahardjo (lame, )untuk menunjukkan hasil karya seni rupanya yang selama ini mereka pelajari di Institut Kesenian Jakarta.
Pameran Tunggal Made Budhiana, Kolaborasi, Lomba Mewarnai & Lomba Gambar
Waktu: 26 Mei – 31 Juli 2010
Tempat: Maha Art Gallery, Club House Bali Beach Golf Course, Jalan Hang Tuah No. 58, Sanur, Bali, Indonesia
Dalam pemeran tersebut akan digelar Lomba Mewarnai dan Lomba Gambar untuk TK dan SD pada Ahad (18 Juli) mendatang di Maha Art Gallery, Club House Bali Beach Golf Course, Bali. Tema lomba ini bebas.