Judul : Roman Picisan
Genre : Drama Komedi Romantis
Sutradara : Rako Prijanto
Pemain : Tora Sudiro, Artika Sari Devi, Alex Abbad, Riri Ekawati, Nungky Kusumastuti, Inez Tagor
Cinta tetap menjadi obrolan seru dalam kisah layar lebar. Ada cinta sejati, namun banyak pula yang picisan. Ketika cinta telah mengetuk dua insan bernama Canting dan Raga, akankah cinta keduanya menjadi picisan atau justru tumbuh kekal? Film bertajuk Roman Picisan menjadi jawaban atas cinta keduanya.
Film bergenre drama-komedi yang kental dengan bumbu romantis ini mempertemukan Artika Sari Devi dan Tora Sudiro . Bagi pecinta sinema Indonesia, judul film ini mungkin tak asing lagi. Film berjudul serupa pernah dibesut oleh sutradara Adisoerya Abdi pada1980-an, dengan mengusung duet maut Rano Karno dan Lydia Kandou. Meski berjudul serupa, cerita film ini sangat berbeda.
Roman Picisan berkisah tentang serang gadis berpendidikan tinggi yang jatuh hati pada pria slebor yang tak lagi percaya cinta. Pertemuan keduanya berawal dari sebuah pernikahan sahabat Canting di Bali. Widya (Ririn Ekawati), mempelai wanita yang menjadi sabahat Canting begitu khawatir dengan calon suaminya, si Tom-tom (Alex Abad) yang bergaul dengan Raga. Pernikahan mereka pun kandas akibat rayuan Raga pada Tom-tom agar tak percaya pada arti sebuah pernikahan. “Pernikahan itu tokay,” pekik Raga yang tengah mabuk bersana Tom-tom.
Namun Canting belum patah arang. Ia menyusun rencana romantis untuk pasangan itu agar rujuk kembali. Raga pun tak ambil diam, ia senantiasa siaga untuk menghalau rencana Canting. Namun keduanya justru terperangkap cinta lokasi.
Film produksi MD Entertainment ini mendapuk Rako Prijanto sebagai sutradara dan Raditya sebagai penulis skenario. Setelah menggarap Preman In Love yang juga dilakoni oleh Tora Sudiro, Rako kembali mempercayakan tokoh Raga pada teman semasa SMA-nya itu. “Saya mengenal Tora sejak remaja, jadi merasa cocok untuk terus bekerjasama,” ujar Rako di kantor MD Entertainment, Selasa lalu.
Rako punya alasan tersendiri memilih Roman Picisan sebagai judul karyanya. Judul itu dipilih lantaran kesukaannya menonton film romantis lawas, seperti Kabut Sutra Ungu. Rako hendak membuat film ini sebagai tribute untuk film-film tersebut. “Di film ini, saya ingin menyampaikan kembali kesan klasik dalam film Indonesia, tapi dalam balutan kehidupan yang modern,” katanya. Kesan klasik yang dimaksud Rako adalah munculnya konflik budaya dan ideologi kolot yang dianut keluarga Canting tetang sebuah perjodohan. Dalam cerita, sebelum bertemu Raga, Canting akan dijodohkan dengan Bimo, pria pilihan ayahnya. Jika diamati, alur film ini mirip dengan gaya bertutur Film Televisi (FTV) sekarang.
Aguslia Hidayah