Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kesia-siaan Meringkus Waktu  

image-gnews
"Meringkus Waktu" karya Katirin. (Tempo/Heru CN)
Iklan

TEMPO Interaktif,Yogyakarta - Menunggu sejatinya bukanlah peristiwa sederhana. Apapun bisa terjadi ketika seseorang tengah menunggu, tergantung dari kualitas pribadi seseorang, apakah ia memiliki kemampuan mengelola emosi dengan baik ataukah sebaliknya.

Merenung tentang esensi menunggu, perupa Katirin, 42 tahun, berhasil membuat 30 lukisan bergaya ekspresionis dan enam patung berbahan kayu yang kemudian diusung dalam pameran tunggal bertajuk “Meringkus Waktu” di Tujuh Bintang Art Space, 17 April hingga 2 Mei 2010. Aktivitas menunggu memang terkait erat dengan urusan waktu.

“Namun, menunggu bukanlah persoalan meringkus waktu, hanya akan sia-sia. Kalaupun kita berhasil mematahkan jarum jam, toh waktu tetap berjalan terus,” jelas alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1994 saat ditemui di ruang pamer, Rabu (28/4).

 


Kesia-siaan menahan putaran waktu inilah yang kemudian dilukiskan Katirin di salah satu tembok ruang pamer. Salah satunya adalah figur yang sedang bersusah-payah menahan jarum jam. Pada bidang yang lain ia melukiskan jarum jam yang patah-patah, jam pasir serta sosok manusia dengan bayangannya. “Dulu, sebelum jam pasir dan arloji ditemukan, orang mengukur waktu dengan bayangan,” jelasnya.

Materi lukisan yang dipamerkan kali ini diakui Katirin sebagai sebuah lompatan atas apa yang selama ini dilakukan. Sejak masih kuliah hingga satu tahun lalu, Katirin senang mengutak-atik gestur tubuh sebagai materi lukisannya. Meski masih menggunakan bahasa tubuh, kali ini Katirin ingin berbicara lebih dalam, tidak sekadar urusan keindahan dan keunikan tubuh.

Maka, lahirlah 30 lukisan yang sebagian besar tentang pose atau gestur figur yang mencitrakan posisi menunggu. Pada lukisan berjudul Waiting #1 dengan warna dominan merah, Katirin memunculkan sosok lelaki yang sedang duduk dengan sebatang rokok terselip di jari-jari tangan kanannya di atas paha. Katirin sengaja mengganti kepala sosok itu dengan dua daun jendela tua yang tertutup rapat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada lukisan lain, Katirin mengganti kepala figur dalam lukisannya dengan batu, arloji, burung merpati, apel hingga telepon tua. Melalui sosok perempuan dengan kepala berbentuk telepon itu, Katirin menyindir perilaku sejumlah orang yang menunggu ditelepon Susilo Bambang Yudhoyono, pasca pemilihan presiden. “Ada orang yang merasa pantas untuk menunggu telepon SBY,” ujarnya.

 


Menunggu, dalam renungan Katirin, juga tak lepas dari kesetiaan terhadap waktu. Maka lahirlah lukisan berjudul Waiting for Your Love yang menggambarkan sosok perempuan yang sedang duduk di kursi merah. Begitu setianya perempuan itu menunggu sampai kedua kakinya digambarkan menyatu dengan kaki kursi yang didudukinya. Lukisan ini menarik minat kolektor Oei Hong Djien .

Tak hanya lukisan. Katirin juga menghadirkan enam patung figur manusia dengan berbagai ekspresi menunggu. Ada yang sedang melihat arloji di tangan kirinya, ada juga figur seorang ibu dengan bayi di gendongan, seperti tengah berada di ruang tunggu dokter. Patung-patung itu tersusun dari serpihan kayu jati sisa pembangunan rumahnya. “Ide membuat patung ini muncul belakangan, sekitar 10 hari sebelum pameran dibuka,” kata Katirin.

Menurut kurator Suwarno Wisetrotomo, pameran ini lebih menampakkan pergulatan kesenian seorang Katirin dalam menjelajah dan mengobservasi tubuh dalam ruang dan waktu. “Upaya-upaya untuk meringkus waktu sesungguhnya hanya akan mubazir,” tulisnya dalam katalog pameran.

 

Heru CN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

33 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

40 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.