TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan penggemar Oasis harus menunggu berjam-jam dalam antrean virtual setelah band Inggris tersebut merilis tiket untuk konser reuni musim panas mendatang.
Namun, mereka terkejut saat mengetahui harga tiket meningkat sebagai bagian dari skema "harga dinamis." Banyak penggemar yang menunggu lebih dari tiga jam, berharap untuk membayar harga awal yang diiklankan sebesar £148,50 (US$195), tetapi akhirnya harus membayar dua kali lipat, yaitu US$390.
Kenaikan ini disebabkan oleh 'harga dinamis', atau surge pricing, yang merupakan strategi bisnis untuk menaikkan harga saat permintaan tinggi. Strategi ini sering digunakan pada harga tiket pesawat dan tarif kamar hotel selama musim liburan, serta pada harga Uber saat jam sibuk.
Ticketmaster menjelaskan bahwa untuk tiket konser, artis atau promotor yang bertanggung jawab menentukan jumlah tiket dan menetapkan harga awal. Mereka bisa memilih untuk menggunakan skema harga dinamis, dan skema ini akan diterapkan setelah mendapatkan persetujuan dari mereka.
Hingga berita ini ditulis, agensi yang mewakili Oasis belum memberikan komentar terkait hal ini.
Meskipun harga dinamis mungkin terlihat tidak adil bagi pelanggan, skema ini dianggap legal di Inggris selama perusahaan mematuhi hukum dan peraturan terkait transparansi harga, perlindungan konsumen, dan persaingan yang sehat.
Di Inggris, Viagogo dan StubHub adalah dua situs utama penjualan tiket sekunder. Ticketmaster menutup situs penjualannya, GetMeIn dan Seatwave, pada tahun 2018 setelah mendapat kritik yang terus-menerus terkait penjualan tiket oleh calo. Skema harga dinamis telah digunakan di Inggris untuk penjualan tiket konser oleh Harry Styles, Coldplay, dan Blackpink, menurut BBC.
Sementara itu, Taylor Swift memilih untuk tidak menggunakan skema ini dalam tur The Eras-nya.
Pemerintah Inggris menyatakan pada Minggu malam, 1 September 2024 bahwa mereka akan menyelidiki bagaimana harga tiket konser yang dijual di situs resmi bisa meningkat saat permintaan melonjak, setelah penjualan tiket Oasis. Pemerintah akan menyertakan isu transparansi dan penggunaan skema harga dinamis dalam tinjauan yang sudah direncanakan mengenai penjualan tiket dan perlindungan konsumen.
Anggota Parlemen Eropa dari Dublin, Regina Doherty, menyerukan penyelidikan terhadap Ticketmaster oleh Komisi Persaingan dan Perlindungan Konsumen Irlandia (CCPC). CCPC menganggap ada kekhawatiran yang sah terkait pengalaman konsumen akhir pekan ini dan sedang meninjau situasi tersebut, kata seorang juru bicara. Mereka akan mempertimbangkan semua opsi untuk memastikan hukum perlindungan konsumen dipatuhi. Anggota Parlemen Eropa lainnya dari Irlandia, Cynthia Ní Mhurchú, menyatakan bahwa dia akan meminta Komisi Eropa untuk menyelidiki situasi ini. Dia adalah anggota komite Pasar Internal dan Perlindungan Konsumen Parlemen Eropa (IMCO).
Kekhawatiran terhadap akuisisi Ticketmaster oleh Live Nation, Selama bertahun-tahun, penggemar konser dan politisi telah menyerukan peninjauan kembali atas akuisisi Ticketmaster oleh Live Nation pada tahun 2010. Seruan ini semakin meningkat setelah kegagalan Ticketmaster dalam penjualan tiket untuk tur konser Taylor Swift tahun 2022, yang membuat penggemar harus mengantre berjam-jam secara online dan membayar harga yang dianggap terlalu tinggi.
Departemen Kehakiman AS mengajukan gugatan antitrust terhadap Live Nation dan unit penjualan tiketnya, Ticketmaster, pada bulan April atas tuduhan monopoli di pasar industri konser live. Tahun lalu, Komisi Eropa menyatakan bahwa mereka sedang memantau skema harga dinamis, dengan menekankan bahwa hukum UE melarang perusahaan dominan untuk memberlakukan harga yang terlalu tinggi.
CNA LIFESTYLE
Pilihan editor: Bedah Britpop, Genre Musik Rock yang Dipopulerkan Oasis