Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

4 Buku Pramoedya Ananta Toer dengan Tema Perempuan yang Wajib Dibaca

Reporter

Editor

Marvela

image-gnews
Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation
Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation
Iklan

TEMPO.CO, JakartaPramoedya Ananta Toer masuk dalam kategori Sastrawan Angkatan 45, satu angkatan dengan Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Idrus. Angkatan ini memiliki karya dengan corak sejarah.

Jika mengenal salah satu buku Pram, sapaan akrab Pramoedya Ananta Tour yaitu Bumi Manusia, maka Anda akan selangka lebih maju untuk membuka rasa penasaran tentang karya-karyanya  yang lain.

Pram sendiri merupakan sastrawan asal Blora, yang memiliki banyak sekali karya buku dan novel. Sebelum meninggal di usia 81 tahun pada 2006 lalu, ia meninggalkan 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing.

Berikut buku Pram yang harus anda ketahui, yang bercerita tentang sejarah perempuan Indonesia di masa penjajahan Jepang-Belanda. Tak sedikit, buku-buku Pram dijegal oleh Kejasaan Agung pada 1981 hingga dibakar oleh Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965.

1. Gadis Pantai

Gadis Pantai merupakan novel karya Pramoedya Ananta Toer pada 1962 yang dikenal dengan nama The Girl from the Coast. Buku ini menceritakan kisah pernikahan dini dan kritik terhadap situasi sosial yang didasari pada kisah pernikahan neneknya sendiri.

Dikutip dari Gramedia, novel ini menceritakan tentang seorang gadis pantai yang masih berumur empat belas tahun. Sehari-harinya gadis tersebut bekerja menumbuk udang, dan membenahi jala untuk mencari ikan di laut.

Suatu waktu, ada seorang utusan menemui ayah gadis pantai karena diutus untuk meminta anaknya dinikahkan dengan Bendoro. Ayah gadis pantai menyetujuinya, dan dinikahkan dengan keris karena Bendoro berhalangan hadir. Hari berikutnya, gadis pantai diajak ke istana di daerah Jepara dengan pakaian kebaya dan kalung tipis menghiasi lehernya. Gadis pantai tersebut terlihat sangat anggun.

Novel ini memberikan gambaran mengenai situasi feodalisme di daerah Jawa. Feodalisme sendiri diartikan sebagai struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik (sosial politik) yang dijalankan di kalangan bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra.

2. Hikayat Siti Mariah

Tak hanya Gadis Pantai, ada juga Hikayat Siti Mariah yang juga bisa Anda temukan di Perpustakaan Nasional atau Ipusnas. Buku karya Pramoedya Ananta Toer ini juga bisa dibaca secara gratis di website dan juga aplikasinya.

Buku Hikayat Siti Mariah ini menceritakan kondisi Indonesia di masa pra-kebangkitan nasional atau sekitar tahun 1830-1890. Buku ini menceritakan tentang romansa dan pertikaian yang diceritakan dalam pabrik gula dan tebu yang selalu menjadi objek cerita dalam setiap kisah-kisah pra kebangkitan nasional, juga enggambarkan kejamnya kolonialisme.

Dikutip dari Perpustakan Nasional atau Ipusnas, novel Hikayat Siti Mariah yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, merupakan satu dari beberapa dokumen klasik yang penting pra-Indonesia dan merekam secara baik sepak terjang sejarah tanam paksa di teritori kolonial india pada pertengahan abad ke-19 hingga menjelang peralihan abad ke-20, khususnya masyarakat gula di Jawa Tengah (Sukoraja).

Namun tidak semuanya bercerita tentang Belanda totok itu jahat, ada juga diceritakan dengan perilaku baik seperti halnya Multatuli yang mengkritik Pemerintahan Hindia Belanda dengan sistem tanam paksanya untuk menggunakan politik balas budi.

Kisah Siti Mariah yang juga bernama Urip, Mardi, Jongos Salimin, Babu Salimah, Nyonya Janda Esobier menjadi fokus utama cerita yang berlika-liku dengan sebagian serba kebetulan adanya dibuat oleh Haji Mukti yang dalam buku ini juga menjadi salah satu tokoh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

3. Larasati

Kemudian, setelah Gadis Pantai dan Hikayat Siti Mariah, ada juga buku Larasati, yang bisa Anda dapatkan di Perpustakaan Nasional atau Ipusnas. Anda juga bisa meminjam buku yang berjumlah 180 halaman ini secara gratis.

Buku ini bercerita tentang sebuah gejolak revolusi Indonesia pasca proklamasi dari sudut padang perempuan biasa bernama Larasati. Ia adalah seorang aktris panggung dan bintang film. Awalnya ia seorang yang apatis terhadap republiken dan revolusi karena baginya hidup adalah uang. Namun di dalam perjalanan hidupnya ia menyaksikan kesatriaan kaum muda merebut hak merdeka dari tangan-tangan orang asing.

Dikutip dari Goodreads, buku ini bercerita tentang pemuda-pemuda Indonesia yang rela membaktikan jiwa raga demi proklamasi kemerdekaan. Kisah-kisah tentang para pahlawan sejati dan pahlawan munafik, pertarungan di daerah republik dan daerah pendudukan Belanda dengan wanita sebagai tokoh utama – bintang film tenar yang dengan caranya sendiri memberikan diri dan segalanya untuk kemenangan revolusi.

Revolusi Semasa yang menghidupkan kembali sepenggal sejarah di tahun-tahun awal proklamasi kemerdekaan, sebuah potret jujur gaya Pramo Potretedya tentang kebesaran dan kekerdilan, kekuatan dan kelemahan revolusi.

4. Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer

Terakhir, buku Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer yang diterbitkan pada Maret 2001 oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Buku dengan 250 halaman ini masih bisa dibaca dan dibeli dengan harga kisaran Rp 60.000 saja.

Buku ini merupakan catatan Pramoedya Ananta Toer tentang derita yang dialami oleh gadis-gadis Indonesia yang menjadi korban kekejaman tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Dikutip dari Gramedia, pada 1943, Pemerintahan Pendudukan Balatentara Dai Nippon di Jawa mengeluarkan perintah kepada para remaja perempuan untuk melanjutkan sekolah di Tokyo dan Shonanto. Perintah ini tidak pernah diumumkan secara resmi, juga tidak masuk dalam Lembaran Negara atau Osamu Serei.

Jepang sengaja melakukannya untuk menghilangkan jejak. Dan para perawan remaja yang telah diberangkatkan meninggalkan kampung halaman dan keluarga, menempuh perjalanan yang berbahaya.

Nyatanya bukan untuk disekolahkan, mereka dipaksa untuk memenuhi impian seks serdadu Jepang. Kajian kiwari menyebut mereka sebagai jugun ianfu atau comfort woman. Dan kenyataannya, para Jugun Ianfu bukan hanya sekadar perempuan penghibur, tetapi juga budak seks secara brutal, terencana, dan kita bisa menganggapnya sebagai kejahatan perang.

“ ... kalian para perawan, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu. Surat kepada kalian ini juga semacam pernyataan protes, sekalipun kejadiannya telah puluhan tahun lewat…” tulis kutipan Pramoedya Ananta Toer dalam buku tersebut.

Pilihan Editor: Kenang Pramoedya Ananta Toer dan Karya-karyanya, Tak Cuma Bumi Manusia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pameran 100 Tahun Sitor Situmorang, Tampilkan Karya Sang Sastrawan dan Sosoknya Sebagai Ayah

1 hari lalu

Seorang pengunjung pameran arsip 100 tahun penyair Sitor Situmorang, menyaksikan berbagai buku dan foto Sitor yang dipamerkan di Galeri Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 2 Oktober 2024. TEMPO/Ihsan Reliubun
Pameran 100 Tahun Sitor Situmorang, Tampilkan Karya Sang Sastrawan dan Sosoknya Sebagai Ayah

Penyair Sitor Situmorang menjadi wacana diskusi dan pameran tentang sosok sastrawan yang hidup berpindah-pindah itu.


Tangkap 2 Terduga Teroris di Bima, Densus 88 Sita Berbagai Buku yang Dianggap Bertema Radikal

26 hari lalu

Kabag Bantuan Operasi Detasmen Khusus 88 Antiteror Komisaris Besar Aswin Siregar saat ditemui di Mabes Polri, Selasa, 11 April 2023 [Tempo/Eka Yudha Saputra]
Tangkap 2 Terduga Teroris di Bima, Densus 88 Sita Berbagai Buku yang Dianggap Bertema Radikal

"Barang bukti menonjol di antaranya beberapa buku bertema radikal," kata Kepala Bagian Perencanaan dan Administrasi Densus 88.


Festival Payung Indonesia 2024 Hidupkan Warisan Wastra Nusantara

28 hari lalu

Festival Payung Indonesja 2024. (Dok. Istimewa)
Festival Payung Indonesia 2024 Hidupkan Warisan Wastra Nusantara

Festival Payung Indonesia atau FESPIN 2024 akan digelar mulai 6 hingga 8 September 2024, di Taman Balekambang, Surakarta, Jawa Tengah.


Akhir Pekan Ini, Ada Pameran Buku Big Bad Wolf Books di Yogyakarta

35 hari lalu

Bazar buku Big Bad Wolf Books 2024 Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Akhir Pekan Ini, Ada Pameran Buku Big Bad Wolf Books di Yogyakarta

Big Bad Wolf Books 2024 bisa menjadi pengalaman literasi interaktif dan menyenangkan, terutama bagi anak-anak, di Yogyakarta.


Kemenkumham Dorong Pelindungan Hak Cipta Novel AU

37 hari lalu

Direktur Hak Cipta dan Desain Industri Ignatius Mangantar Tua. Dok DJKI
Kemenkumham Dorong Pelindungan Hak Cipta Novel AU

Direktur Hak Cipta dan Desain Industri, Ignatius Mangantar Tua ingatkan para penulis novel alternative universe atau AU untuk memperhatikan hak cipta karyanya. Apa lagi, kebayangan para penulis menggunggahnya di media sosial.


5 Fakta yang Perlu Diketahui Ini Sebelum Nonton Pachinko 2

39 hari lalu

Kim Min Ha dan Lee Min Ho dalam Pachinko Season 2. Dok. Apple TV+
5 Fakta yang Perlu Diketahui Ini Sebelum Nonton Pachinko 2

Pachinko 2 telah tayang, kembali dibintangi oleh Lee Min Ho, Kim Min Ha, dan Youn Yuh Jung sebagai pemeran utama.


Penerbit Buku Indie Bertahan di Tengah Gelombang Besar Informasi Digital

40 hari lalu

Penerbit buku indie bertahan di tengah gelombang besar informasi digital. Bagaimana mereka mengatur produksi dan menutupi kerugian? Mengapa pembajakan buku mereka anggap sebagai ancaman terbesar?
Penerbit Buku Indie Bertahan di Tengah Gelombang Besar Informasi Digital

Penerbit buku indie bertahan di tengah gelombang besar informasi digital. Bagaimana mereka mengatur produksi dan menutupi kerugian?


Donald Trump Mengklaim Presiden Favorit Ratu Elizabeth II

41 hari lalu

Ratu Elizabeth II bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump memeriksa barisan penjaga kehormatan dalam kunjungan kenegaraan di Kastil Windsor di Inggris, 13 Juli 2018. Sebelum menemui Ratu Elizabeth II, Donald Trump melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May. (AP Photo/Pablo Martinez Monsivais)
Donald Trump Mengklaim Presiden Favorit Ratu Elizabeth II

Donald Trump kecewa dengan isi buku 'A Voyage Around the Queen' yang menggambarkannya sangat jelek di mata Ratu Elizabeth II.


Ketua MPR Sumbang 38 Buku Hasil Karyanya ke Perpustakaan Sekretariat Jenderal MPR

47 hari lalu

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat menyerahkan buku-buku hasil karyanya ke Perpustakaan Sekretariat Jenderal MPR RI di Jakarta, Sabtu, 17 Agustus 2024. Dok.MPR
Ketua MPR Sumbang 38 Buku Hasil Karyanya ke Perpustakaan Sekretariat Jenderal MPR

Bambang Soesatyo menyumbangkan 38 judul buku dalam bahasa Indonesia dan Inggris hasil karyanya kepada Perpustakaan Sekretariat Jenderal MPR RI.


D. Zawawi Imron Penerima Penghargaan Achmad Bakrie Awards 2024: Yang Hebat Bukan Saya, tapi Ayah dan Ibu Saya

47 hari lalu

Zawawi Imron. Foto : NU
D. Zawawi Imron Penerima Penghargaan Achmad Bakrie Awards 2024: Yang Hebat Bukan Saya, tapi Ayah dan Ibu Saya

Sastrawan D. Zawawi Imron menjadi satu dari lima penerima Penghargaan Achmad Bakrie XX 2024, untuk kategori apa? Berikut profilnya.