Dalam publikasi media, melalui 'Oprah Winfrey show', sang raja pop ini mengaku kalau dirinya mengidap penyakit vertiligo, yaitu penyakit perubahan warna kulit akibat produksi pigmen warna yang tidak normal dalam sel-sel kulit, sehingga kulitnya menjadi memutih semua. Belum ada yang memastikan apakah klaim Michael ini memang benar atau tidak, tapi publik tahu bahwa sejak berumur 25 tahun, Michael dikenal suka sekali merubah-ubah bagian-bagian tubuhnya melalui operasi plastik. Mula-mula ia melakukan operasi plastik pada alisnya yang tebal menjadi lebih tipis sehingga tampak lebih feminin, kemudian ia merubah hidungnya yang besar menjadi lebih mancung, serta merubah dagunya menjadi lancip. Setelah kulitnya menjadi putih, lama-lama seluruh sosok fisiknya berubah lebih menyerupai fisik orang kulit putih daripada orang kulit hitam. Hanya tinggal rambutnya yang tampak masih menyisakan keriting, mendekati ciri rambut orang kulit hitam.
Sejak itu, sering timbul anggapan Michael seorang penganut rasisme individu yang tidak bangga mengakui dirinya sebagai orang berkulit hitam, dan kemudian merubah sosoknya menjadi mirip orang kulit putih.
Tak hanya merubah fisiknya, Michael sejak awal tahun 80-an juga merubah musiknya yang semula kental dengan aroma musik R&B menjadi musik pop atau campuran pop barat dan sentuhan R & B. Ia kemudian terbukti berhasil memastikan karirnya melejit di jalur ini dan bahkan mendapatkan gelar 'the king of pop'.
Michael pun kemudian juga lebih banyak bergaul dengan kalangan artis kulit putih seperti artis Elizabeth Taylor, sempat berpacaran dengan Brooke Shields, menikah dengan Marie Elvis Presley, menikah dan mendapatkan keturunan 2 orang anak dari Dave Rowe yang sebelumnya merupakan pembantu rumahnya yang berkulit putih, dan kenal dekat dengan pasangan Ronald Reagen dan Nancy Reagen.
Ketika Michael mengeluarkan album 'Black or White' tahun 1991, banyak orang yang menganggap judul lagu ini menggambarkan kepribadian ganda dari dilema pribadi Michael Jackson. "Saya rasa Michael benar, dalam karirnya ia telah melampaui batasan ras. Hidup dan karya-karyanya tak bisa bisa didefinisikan berdasarkan ras," ujar Bill Bottrell, teman dekat dalam produser Michael dalam album 'Black or White.'
"Saya rasa dia mengaburkan masalah ini atau berusaha mengaburkan masalah ini setidaknya sejauh ia bisa ia lakukan, atau ia berusaha melampau masalah ini," ujar Botrell, "saya lihat dia berteman dengan banyak orang dan datang dari semua kalangan. Dia dikelilingi banyak orang Afrika-Amerika, tetapi juga banyak orang kulit putih seperti saya."
Michael Jakson ketika masih bergabung dalam group band keluarga Jackson 5 membawakan lagu-lagu berirama rhythm dan blues yang identik dengan musik-musik kalangan kulit hitam. Album pertama Jackson 5 yang dikeluarkan tahun 1969 dibawah Motown label yang spesialis mengeluarkan rekaman-rekaman musikus kulit hitam. Baru pada tahun 1975, ketika Michael Jackson berkarir solo dan bergabung dengan Epic Records, salah satu anak usaha CBS, mengeluarkan album pertamanya 'Off The Wall' yang mulai merambah ke jalur pop dan funk. Album ini terjual 9 juta kopi, dan Michael tampil di album kaset dengan sosok seorang musisi kulit hitam.
"Saya rasa dia telah melawati dua fase karir (musisi kulit hitam dan musisi kulit putih)," ujar komentator dan aktivis sosial Earl Ofari Hutchinson," musik, tarian, gaya hidup dan penampilannya masih seorang Afrika-Amerika."
Pada albumnya yang kedua 'Thriller' yang dirilis tahun 1982, musik Michael baru betul-betul menampakkan di jalur pop. Album yang laku lebih dari 50 juta kopi itu membawanya menjadi artis yang terkenal di seluruh dunia, dan untuk pertama kalinya video penampilan seorang artis kulit hitam bisa ditayangkan di jaringan MTV. Setelah sukses albumnya inilah, ia mulai tertarik orientasinya pada sesuatu yang lebih bergaya pada sosok kulit putih.
"Dia memang telah melewati perbatasan dalam warna kulit. Juga dalam musik," ujar DJ Spinna yang pernah menggarap beberapa pertunjukkan Jackson.
Michael dipandang telah melewati batas keberhasilan musisi kulit hitam, setelah karya-karyanya mampu menembus arus pasar musik mainstream. Sedangkan musik-musik kulit hitam biasanya masih hanya menembus pasar musik kelas kedua.
Keberhasilan musiknya telah membuktikan bahwa rasisme tak selayaknya berlaku dalam bidang kebudayaan. Dengan keputusannya menjalani operasi penggantian warna kulitnya yang aslinya berkulit hitam menjadi kulit putih, juga sekaligus pembuktiannya bahwa warna kulit sesungguhnya bukanlah sebuah penentu dominasi dalam kebudayaan, karena warna kulit bisa diubah-ubah dengan teknologi.
Meskipun Michael Jackson berhasil mengatasi batas-batas rasisme dalam karir musik, namun di pernah melontarkan kemarahan rasis ketika di tahun 2002, dia marah besar terhadap perusahaan labelnya Sony Corp., dengan menuduh perusahaan itu telah berkonspirasi rasis dengan menyingkirkan artis-artis kulit berwara dan tidak mau maksimal menjual albumnya 'Incivible' yang sedang seret di pasar. Dan menuduh Tommy Mottola, direktur Sony Music Entertainment sebagai rasis dan setan. Di Indonesia, album itu kabarnya hanya terjual sekitar 10.000 keping, jauh dari target standard 30.000 keping minimal keberhasilan penjualan album asing di Indonesia.
AP l WAHYUANA