TEMPO.CO, Yogyakarta - Selama tiga bulan sutradara film, Fajar Nugroho atau Fajar Nugros naik turun kereta api. Dalam tempo selama itu, ia bisa menghasilkan dua buah film tentang Kereta Api Indonesia berjudul Strangers with Memories dan Bergerak dengan Bahagia.
“Tiga bulan naik-turun kereta api, menempuh berbagai perjalanan untuk mengabadikan suasana dan ucap suka duka para penumpang dalam pembuatan film ini, tiket juga tetap bayar," kata Fajar Nugros di sela pemutaran perdana atau premiere film karyanya ini di Import XXI Yogyakarta, Jumat malam, 11 November 2022.
Penggemar Kereta Api Sejak Lahir
Ia mengaku sudah lama ingin membuat film kereta api. Di Indonesia, masih sedikit film yang membahas tentang kereta api. Kebetulan, ia adalah railfans atau penggemar kereta api. Ia lahir di kompleks perumahan PT KAI di Pengok, Yogyakarta. Ayahnya merupakan pegawai di bengkel kereta api Balai Yasa milik KAI. Setiap membuka pintu rumah, yang terlihat pertama adalah rel kereta api. Bahkan, setelah tinggal di Jakarta, ia mengaku sulit tidur kalau tidak mendengar suara kereta api.
Dua film yang dibuat Fajar berjenis dokumenter dan fiksi edukasi. Film ini ditujukan untuk masyarakat luas, tidak hanya penumpang atau pecinta kereta api saja. Filmnya pun dibuat ala anak milenial sekarang. Sehingga kesan penumpang kereta api adalah orang-orang jadul (zaman dulu) atau orang-orang yang sudah tua itu hilang.
Film yang dibuat dengan nuansa romantis berjudul Stranger with Memories. Adapun film dokumenter berjudul Bergerak dengan Bahagia, Bergerak untuk Indonesia mengajak penonton untuk mengenal lebih dalam tentang kereta api yang jauh lebih baik dibandingkan dulu.
Lokasi pengambilan gambar untuk film dokumenternya ada di banyak pelayanan kereta api di Indonesia. Antara lain di Jawa dan Sumatera, yakni Jakarta, Bandung, Cibatu, Leuwigoong, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Klaten, Tanjung Karang, dan Kotabumi.
Pembuatan Film Libatkan Pegawai PT KAI
Pembuatan film ini melibatkan banyak pegawai kereta api dari seluruh level. Mulai dari jabatan tertinggi yaitu Direktur Utama, Kepala Stasiun, Masinis, Kondektur, Customer Service hingga petugas Penjaga Jalan Lintasan. Pemeran filmnya, kata Fajar, digaet dari pegawai asli PT KAI dan berperan sebagai dirinya sendiri. Selain itu juga ada Shalima Hakim, puteri dari artis Wanda Hamidah.
Fajar mengungkapkan, dalam film karyanya itu, ia justru naik semua kereta api ekonomi. Hal itu untuk memperlihatkan bahwa kereta ekonomi tidak seperti dulu yang terkesan kumuh. Jika kereta api kelas ekonomi saja sudah bagus, apalagi kereta api yang kelas eksekutif atau yang kelasnya lebih mewah.
"Saya naik semua kereta ekonomi saat pembuatan film, kalau di harga tiket murah pelayanannya sudah sangat baik, apalagi yang di atasnya. Ini yang ingin saya sampaikan dan tunjukkan dalam film,” kata dia.
Tujuan Buat Film Kereta Api
Executive Vice President (EVP) Corporate Secretary PT KAI, Asdo Artrivianto yang mendampingi Fajar saat gala premier mengatakan, film ini mengajarkan kepada pengguna jasa kereta api, kaum milenial untuk memiliki rasa empati, saling peduli, dan menghargai serta membantu sesama baik di dalam commuterline atau stasiun. Pihaknya ingin menumbuhkan kecintaan dengan transportasi massal kereta api yang ramah energi.
“Kami punya tanggung jawab memverifikasi masyarakat. Sekarang ini KAI bukan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api). Dulu yang imejnya suram, gelap stasiunnya, kumuh, kita ingin sampaikan bahwa sekarang layanan kita sudah jauh berbeda, jauh lebih baik," kata Asdo. Di era milenial ini pula, maka edukasi berupa film ini sangat mengena. Cara kekinian ditempuh untuk mengambil hati kaum muda dan peduli terhadap transportasi kereta api.
Adapun Wawan Arianto, Direktur Operasional dan Pemasaran KAI Commuter, menyatakan film merupakan upaya mendekatkan kereta dengan masyarakat. Di Jakarta, para penumpang kereta Cummuterline bisa menghabiskan waktu hingga 4 jam di stasiun maupun kereta. Selama perjalanan, banyak cerita masyarakat saat bersentuhan dengan KAI yang menarik jika diangkat dalam cerita film.
“Film ini masih putar di layar terbatas, namun nanti harapannya bisa dinikmati masyarakat luas, mungkin bisa diputar di perjalanan kereta,” kata dia.
MUH SYAIFULLAH
Baca juga: Cerita Sutradara Fajar Nugros Hindari Tiga Latah Horor di Film Inang
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.