TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda penggemar cerita Keluarga Cemara? Jika Anda mengikuti serial Keluarga Cemara, mungkin Anda tidak asing dengan sosok di balik terciptanya cerita keluarga harmonis tersebut, ialah Aeswendo Atmowiloto.
Arswendo Atmowiloto adalah seorang jurnalis sekaligus penulis Indonesia yang aktif berkarya di berbagai majalah dan surat kabar. Ia beberapa kali menulis cerpen, nobel, hingga skenario film.
Pria kelahiran 26 November 1948 itu lahir di Surakarta dengan nama lahir Sarwendo. Sementara Paulus adalah nama baptisnya. Setelah beranjak dewasa, ia mulai menekuni dunia jurnalistik dan mengubah nama aslinya menjadi Arswendo supaya lebih komersial. Karena merasa kurang lengkap, akhirnya ia menambahkan nama ayahnya di belakang namanya, sehingga menjadi Arswendo Atmowiloto.
Karier menulis Arswendo Atmowiloto dimulai pada masa 1970-an ketika cerpennya berjudul “Sleko” dimuat di majalah mingguan Bahari pada 1971. Berselang setahun, ia diangkat menjadi pemimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah di Solo.
Sepanjang kariernya, Arswendo atau kerap disapa Wendo dijunjung dengan karyanya berjudul Keluarga Cemara yang kemudian diadaptasi menjadi sinetron pada era tahun 1990-an dan film layar lebar.
Bukan hanya Keluarga Cemara, ia juga merupakan ide di balik sinetron populer lainnya seperti Ali Topan Anak Jalanan (1997-1998), Deru Debu (1994-1996), 1 Kakak 7 Ponakan (1996), Jalan Makin Membara II (1995-1997), dan Imung (1997).
Arswendo merupakan lulusan dari Fakultas Bahasa dan Sastra IKIP Solo, namun tidak sampai tuntas. Kemudian, pada 1979 ia merantau ke Amerika Serikat untuk mengikuti International Writing Program di The University of Iowa.
Selama hidupnya, mantan pemimpin redaksi tabloid Monitor itu menerbitkan 50 judul karya. Saat menerbitkan karya, ia seringkali menggunakan nama samaran. Karya-karyanya termasuk Senopati Pamungkas (1986), Kau Memanggilku Malaikat (2008), Projo & Brojo (2009), serta Sudesi: Sukses dengan Satu Istri (2010).
Penulis Keluarga Cemara itu mengembuskan napas terakhir pada 19 Juli 2019. Arsendo sudah lama mengidap kanker kandung kemih dan jenazahnya disemayamkann di Kompleks Kompas B-2, Jalan Damai, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.
RISMA DAMAYANTI
Baca: Emak dan Abah Keluarga Cemara Lahir di Majalah sampai ke Layar Lebar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.