Saya tidak mendorong anak-anak di dunia untuk merokok.” Begitulah sosok Alicia Keys. Ia tidak hanya fasih membawakan musik Afro-Amerika, tapi juga tegas dalam bersikap.
Maka, tak sampai sepekan sebelum konser di Jakarta, sang diva menuntut seluruh pernak-pernik yang berbau rokok dihilangkan dari arena konser. Spanduk, umbul-umbul, poster, pokoknya apa pun yang bertulisan ”A-Mild”, wajib dicabut. Padahal, A-Mild, produk andalan PT HM Sampoerna Tbk., inilah sponsor utama konser Nona Keys.
Rini Noor Production, promotor konser Alicia Keys, tak bisa berkutik. Permintaan sang diva dipenuhi. Umbul-umbul di jalan dan di seluruh arena konser ditiadakan. ”Ratusan poster yang sudah telanjur ditempel di dinding ditutup dengan lakban hitam,” kata Ria Drajat, juru bicara Rini Noor Production. Arena konser pun bersih dari aroma rokok.
Semua ini berawal dari langkah kecil Komisi Nasional Perlindungan Anak. Bersama Campaign for Tobacco Free Kids, organisasi nirlaba dari Amerika, Komisi Nasional Anak mengirimkan surat kepada sang penyanyi. ”Kami mempertanyakan komitmen Alicia Keys,” kata Arist Merdeka Sirait, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Anak. ”Apakah ingin membuat masa depan anak Indonesia suram dengan ikut serta mempromosikan rokok?”
Alicia Keys, seperti disiarkan dalam situs Fox, langsung meminta tim manajemennya melakukan pengecekan. Negosiasi ulang dilakukan. ”Sayangnya, promosi telah berjalan sebulan sebelum konser,” kata pelantun lagu Song in A Minor ini. ”Saya minta maaf untuk iklan menyesatkan yang telanjur terjadi.”
Di Amerika, perusahaan rokok dilarang menjadi sponsor bagi acara musik dan olahraga sejak 1998. Pada 2001 sejumlah perusahaan rokok raksasa sepakat membuat standar pemasaran internasional. Isinya, perusahaan rokok tak boleh menggunakan selebritas untuk promosi, tidak mendorong anak muda merokok, dan tidak beriklan secara masif.
Lain halnya di Indonesia. Perusahaan rokok lazim menjadi sponsor kegiatan musik, film, dan olahraga di negeri ini. ”Tak jarang, di tengah konser musik ada pembagian rokok gratis bagi pengunjung yang sebagian besar adalah remaja,” kata Dina Kania, anggota staf Komisi Nasional Perlindungan Anak.