TEMPO.CO, Jakarta - Ketika Spectre diluncurkan, nyaris tidak ada hal baru yang dapat diprediksi akan hadir dalam film James Bond keempat, yang dibintangi Daniel Craig ini. Pastinya, penonton kembali dihujani dengan ketegangan, iklan terselubung, dan misogini, ciri khas serial yang telah menjelma menjadi ikon budaya itu.
Seperti biasa, film ini dimulai dengan prolog yang heboh lewat aksi kejar-kejaran antara Bond dan Marco Sciarra (Alessandro Cremona). Sayangnya, adegan pembuka ini miskin emosi ketimbang Skyfall (2012) yang jauh lebih menegangkan. Tidak hanya itu, adegan ini juga membuat penonton bertanya-tanya karena memuat unsur irasional di dalamnya.
Bond memburu Marco Sciarra di tengah Festival Orang Mati di Kota Meksiko. Perburuan sengit itu berdampak pada ledakan yang menghancurkan sebuah gedung dan pertarungan hidup mati Bond melawan Sciarra di helikopter yang terbang serampangan di atas kerumunan orang. Lucunya, kerumunan orang tetap khidmat melangsungkan festival, seolah tidak peduli dengan ledakan yang meruntuhkan gedung itu. Adegan itu hanyalah satu dari sekian banyak plot hole di film ini.
Film ini mulai menarik ketika aksi Bond di Meksiko ternyata adalah misi rahasia dan bukan misi resmi yang diberikan oleh MI6. Itu adalah misi balas dendam yang secara rahasia yang diberikan oleh M terdahulu (Judy Dench), yang tewas di Skyfall. Bond menolak memberi tahu misinya kepada bosnya, M yang baru (Ralph Fiennes), sehingga ia akhirnya diskors dan dilarang meninggalkan London, serta diawasi selama 24 jam dengan gawai canggih rancangan Q (Ben Whishaw).
Berkat bantuan rekannya Q dan Moneypenny (Naomie Harris), Bond berhasil meninggalkan London untuk melanjutkan misi menguak dalang di balik aksi teror yang terjadi di dunia dan tragedi di kehidupan pribadinya. Penyelidikan ini mengarahkan Bond kepada Spectre, organisasi kriminal bawah tanah multinasional yang diketuai Franz Oberhauser alias Ernst Stavro Blofeld (Christoph Waltz).
Di sisi lain, M terjerat masalah kekuasaan dengan C (Andrew Scott), Kepala Join Inteligent Service, yang ingin menggabungkan MI5 dengan MI6. Namun C juga ingin membangun perjanjian kerja sama intelijen bernama Nine Eyes dengan sembilan negara lainnya. Ia juga mematikan program 00 sehingga menyebabkan perseteruan antara M dan C. Sayangnya, plot yang bertumpuk ini seolah hanya tempelan karena tidak begitu berkaitan secara signifikan dengan misi Bond. Juga, konflik yang lebih seru dari yang diharapkan kurang dapat diciptakan.
Lagi-lagi serial James Bond dipenuhi iklan terselubung, yang kadang mengganggu. Dengan bujet tak kurang dari US$ 300 juta, film ini memang mustahil diproduksi tanpa dukungan sponsor-sponsor tersebut. Sayangnya, meskipun Spectre didaulat sebagai film termahal, aksi kejar-kejaran mobil, baku tembak, dan ledakan seolah hanya sekadar menjadi adegan wajib ada, tanpa dikemas dengan baik.
Film James Bond memang tidak akan lengkap tanpa wanita-wanitanya. Dalam film-film sebelumnya, waralaba yang diangkat dari novel Ian Fleming ini memang dikenal sebagai film yang sangat misoginis karena menggambarkan wanita sebagai obyek yang dapat dieksploitasi oleh James Bond. Dalam Spectre, karakter wanita yang lemah terhadap sifat karismatik Bond kembali muncul.
Karakter-karakter tersebut muncul lewat penampilan Stephanie Sigman yang memerankan Estrella, dan Monica Belluci memerankan Lucia Sciarra. Saat di Meksiko, Bond harus merayu Estrella untuk bisa masuk ke kamar hotelnya agar bisa mengintai Marco Sciarra dari atas gedung.
Lalu, Bond juga menemui Lucia Sciarra (Monica Bellucci) untuk mendapat informasi soal organisasi yang digeluti suami Lucia yang dibunuh Bond di Meksiko. Meskipun Lucia sedang berduka dan mengetahui suaminya dibunuh Bond, dalam pertemuan kurang dari lima menit saja, Lucia dapat dirayu Bond untuk memberi informasi dengan imbalan seks.
Selain itu, karakter Madelein Swan (Lea Seydoux), yang merupakan anak dari musuh Bond, juga tidak luput dari rayuan mautnya. Meski sempat menolak, Swan akhirnya menerima Bond setelah diculik oleh musuh dan berhasil diselamatkan Bond lewat kejar-kejaran mobil dengan pesawat. Bond harus melindungi Swan, yang merupakan kunci penghubung ke organisasi Spectre, meski harus terlibat asmara singkat di atas ranjang.
Selama 148 menit, Spectre hanya menampilkan tradisi lama dari film-film James Bond sebelumnya. Sam Mendes gagal menyajikan sesuatu yang pantas untuk dikenang, seperti dalam film Skyfall yang juga ia sutradarai. Spectre boleh dibilang gagal menandingi Skyfall yang tidak hanya berhasil memicu adrenalin, tapi juga menyentuh psikologi penonton dengan tertembaknya Bond, penampilan flamboyan tokoh antagonis Silva, hingga kematian M. Dalam Spectre, sentuhan psikologis itu dikalahkan dengan dominasi aksi laga yang hambar.
James Bond: Spectre
Sutradara: Sam Mendes
Produser: Michael G. Wilson, Barbara Broccoli
Penulis Skenario: John Logan, Neal Purvis, Robert Wade, Jez Butterworth
Berdasarkan Novel James Bond karya Ian Fleming
Pemeran: Daniel Craig, Christoph Waltz, Léa Seydoux, Ben Whishaw, Naomie Harris, Dave Bautista, Monica Bellucci, Ralph Fiennes
LUHUR TRI PAMBUDI