TEMPO.CO, Jakarta -Di belakang panggung perhelatan Bonnaroo Music Festival, Tennessee, Amerika Serikat, Dua Lipa masih susah menyadari apa yang baru terjadi. Dua jam sebelumnya, ia tampil di atas panggung di hadapan para penggemarnya yang hafal betul lirik-lirik lagunya.
Padahal, lagu tersebut, saat itu barudirilis. Dengan memakai baju lengan pendek putih dan kalung choker, Dua Lipa berteriak teriak kepada para penggemarnya agar suaranya lebih nyaring di atas panggung.
“Ada momen-momen dimana saya berhenti menari dan menyaksikan orang-orang dari atas panggung untuk bisa percaya, ini benar-benar terjadi ya?” kata Dua Lipa. Dia mengingat masa-masanya manggung di konser Lollapalooza pada 2016, di panggung kecil dengan sedikit penonton.
Namun, hanya dalam hitungan bulan, Dua Lipa telah mendominasi festival-festival musik di Amerika Serikat, seperti Governors Ball dan Coachella. Lagunya, Scared to Be Lonely bahkan telah melewati lebih dari 300 juta streaming di Spotify.
“Benar-benar luar biasa dan sangat menarik,” kata Dua Lipa. Dua Lipa mengkategorikan musiknya sebagai “tarian untuk menangis”. “Itu benar-benar ada kategorinya! Secara lirik memang sedih namun melodinya terasa ingin menari," ujar dia.
Dua Lipa merupakan keturunan imigran dari Albania yang meninggalkan Kosovo ketika ada konflik politik pada 1990-an. Ketika pekerjaan masih sulit untuk didapatkan, ayahnya bekerja sebagai penyanyi di band bernama Police. Namun, orang tuanya selalu ingin kembali ke Kosovo.
Dua Lipa. BBC
Ketika Kosovo sudah mendeklarasi kemedekaannya dari Serbia, mereka akhirnya kembali. Namun saat itu Dua Lipa di usia 11, ia mengalami proses adaptasi yang sulit. Pada akhirnya di usia 15 tahun, ia membujuk orang tuanya untuk kembali ke London, Inggris, sendiri.
Dua Lipa mulai menyukai musik pop dan mendaftarkan diri di sekolah Sylvia Young Theatre School, sekolah tempat Rita Ora dan Amy Winehouse juga belajar musik. Dua Lipa mulai meng-cover lagu di Youtube untuk menarik perhatian teman sekelasnya. Ternyata, manajer penyanyi Lana Del Rey juga tertarik dengan Dua Lipa. Ia mengatur sebuah pengembangan artis khusus untuk Dua Lipa. Selama lima hari di studio Dua Lipa bekerja sama dengan sejumlah penulis lagu.
“Kadang-kadang saya merasa takut untuk bisa terbuka dengan penulis lain,” katanya. Namun akhirnya, ia melepaskan rasa takut tersebut dan menulis “Hotter Than Hell” yang dia jelaskan sebagai sebuah hubungan yang telah menghancurkan dirinya.
Untuk albumnya, Dua Lipa akan bekerjasama dengan Nineteen85, produser Drake dan Nicky Minaj. Dia juga menggandeng Emile Haynie yang merupakan produser Del Rey dan Eminem. Selain itu, Dua Lipa juga bekerja sama dengan Chris Martin, vokalis Coldplay, band favoritnya. Chris Martin yang mengajak Dua Lipa ke Los Angeles, membuatkan lagu berjudul Homesick yang jadi penutup albumnya.
ROLLINGSTONE | PUTRI THALIAH