TEMPO.CO, Jakarta - Berawal dari hobi, pembuatan kostum seperti dalam tokusatsu atau film dengan efek spesial khas Jepang berkembang menjadi ladang usaha.
Hal ini terjadi pada Alam Hazmi Alkarami, 20 tahun. Kreasi kostum mahasiswa semester V Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) itu cukup diminati orang-orang di dalam dan luar negeri, bahkan hingga Prancis.
Baca Juga:
"Saya kan jualan kostum. Ada yang mesan, saya buat dan jual. Kreasi kostum buatan Indonesia diminati hingga mancanegara," ujar Alam kepada Antara di sela penyelenggaraan acara cosplay di Mal Ciputra, Jakarta, Sabtu, 13 Juni 2015.
Pria juga dikenal dengan panggilan Daniel Kaito itu mengatakan, untuk pasar dalam negeri, satu kostum pahlawan super umumnya dibanderol Rp 2,2-2,7 juta. Sedangkan untuk pasaran luar negeri, harganya mulai sekitar 300 dolar.
"Di Indonesia buka harga dari Rp 2,2 hingga 2,7 juta, sementara kalau untuk orang luar sekitar 300 dolar," ucapnya.
Baca Juga:
Menurut Alam, harga yang murah menjadi alasan cukup diminatinya kreasi kostum pahlawan super khas Jepang dari Indonesia.
"Mereka senang memesan ke Indonesia karena harganya murah," tutur Alam.
Alam tak mengerjakan semua pesanan kostum sendiri. Dia bersama empat rekannya di bawah label Strike Project bekerja sama memenuhi pesanan yang mulai berdatangan sejak 2013.
"Saya punya tim, beranggotakan lima orang. Masing-masing mempunyai tugas. Ada yang membuat pola, memotong, mengecat, dan sebagainya. Nama perusahaannya Strike Project. Mulai usaha sejak 2013," katanya.
Sejauh ini, Alam dan timnya telah membuat beberapa buah kostum dari beberapa tokusatsu, yakni Kamen Rider Den-O, Kabuto, dan Kamen Rider Agito.
Alam menjelaskan, secara pribadi, dia berambisi ingin memajukan dunia superhero di Indonesia. Menurut dia, meski saat ini sudah bermunculan superhero khas Indonesia, dari sisi desain belum mencerminkan khas Indonesia.
"Selama ini, superhero yang ada sudah bagus, tapi desainnya bukan asli Indonesia, masih terlihat sangat Jepang. Kita kan main di ornamen, ornamen Jawa, Sulawesi, dan Sunda. Sangat banyak yang bisa dieksplor," ucapnya.
"Jepang yang sedikit sekali ornamennya. Mereka kelebihannya di desain. Orang Indonesia banyak membuat cerita bagus kok, tapi kurang dilihat," tuturnya.
ANTARA