TEMPO.CO, Surabaya - Komponis musik kontemporer Slamet Abdul Sjukur, 79 tahun, meninggal pukul 06.00 hari ini akibat patah tulang. Patah tulang yang dideritanya itu karena terjatuh saat ia akan memasuki kamar mandi di kediamannya, Jalan Urip Sumoharjo, Surabaya, pada 9 Maret 2015.
Selama dua jam, Slamet berusaha kembali menuju tempat tidurnya. "Setelah pagi sekitar pukul 08.00 itu terjatuh, ia merangkak sampai dua jam untuk naik ke tempat tidurnya lagi," ujar adik perempuan satu-satunya, Elisawati, saat ditemui di rumah duka Jalan Pirngadi, Surabaya, Selasa, 24 Maret 2015.
Kala itu Slamet berada di rumah sendirian. Seorang asisten yang biasa membantu di rumahnya, Pak Ben, tengah keluar. Pukul 12.20 WIB, Slamet menghubungi anak angkatnya, Marti, yang berada di Jakarta.
"Saya ditelepon Bapak, 'Marti, saya jatuh. Tolong kamu ke sini bawa kursi roda ya?'" tutur Marti. Seketika ia segera menghubungi Pak Ben, yang kemudian menghubungi keluarga besar Slamet di Surabaya untuk membawanya ke rumah sakit. Ditemani suaminya, Marti terbang dari Jakarta ke Surabaya.
Elisawati dan putra-putrinya sempat berdebat dengan Slamet karena ia menolak dibawa ke rumah sakit. "Beliau itu lebih percaya sama sangkal putung," ujarnya. Namun melihat kondisi pangkal paha pada kaki kanannya yang patah mulai membengkak, mereka memutuskan membawa Slamet ke UGD Graha Amerta Rumah Sakit Umum dr Soetomo, Surabaya.
Selama dirawat dua pekan, Slamet masih berkukuh tak ingin dioperasi. Baru Senin lalu, ia bersedia menjalani operasi pemasangan pen di kakinya pada hari ini. Sayangnya, kondisinya mulai menurun.
Salah satu muridnya, Gema Swaratyagita, mengungkapkan Slamet ialah seorang yang pantang merepotkan orang lain. Ketika baru saja berhasil mencapai tempat tidur, siang itu Slamet masih sempat memberitahu murid-muridnya melalui surat elektronik.
"Beliau bilang, maaf saya enggak bisa datang ke acara nanti malam. Saya habis jatuh," ia mengenang. Rencananya, komunitas Pertemuan Musik Surabaya (PMS) menggelar mini konser dan diskusi musik keroncong di Perpustakaan Bank Indonesia. Karya terakhir yang tengah digarap, kata Gema, berjudul "Nirwan Dewanto". "Itu karya terakhir yang belum beliau selesaikan."
Slamet Abdul Sjukur lahir di Surabaya, 30 Juni 1935 dengan nama Soekandar. Setelah menempuh pendidikan musik formal di Sekolah Musik Indonesia Yogyakarta (SMIND) antara tahun 1952-1956, ia melanjutkan beasiswa belajar di Conservatoire National Superieur de Musique de Paris, Prancis, tahun 1962-1963.
Di antara banyak karya masterpiece Slamet ialah Parantheses dan Game-Land. Beberapa musikus Tanah Air yang berguru padanya di antaranya ialah drummer Gilang Ramadhan, Toni Prabowo, Otto Sidharta, Frankie Raden, dan Soe Tjen Marching.
ARTIKA RACHMI FARMITA