TEMPO.CO, Jayapura - Aktivis Jaringan Hak Asasi Manusia Perempuan Papua, Fien Yarangga, mengatakan permintaan maaf dari artis dangdut Cita Citata soal komentar yang melecehkan warga Papua tidak cukup. Fien mengatakan persoalan tersebut harus diselesaikan melalui ranah hukum.
"Tentunya hal itu harus dipertanggungjawab di depan hukum," kata Fien kepada media di Kota Jayapura, Ahad, 22 Februari 2015.
Dalam sebuah tayangan di televisi, Cita Citata mengeluarkan pernyataan yang dianggap menyudutkan warga Papua. Komentar tersebut menuai protes dari warga Papua. Akibatnya, Cita Citata melalui manajernya, Sofwan Bombom, meminta maaf terkait dengan pernyataan tersebut.
Menurut Fien, klarifikasi dan permintaan maaf yang disampaikan Cita Citata di salah satu media TV beberapa hari belakangan tidak langsung menyelesaikan penghinaan yang terlanjur menyakiti hati orang Papua. Fien menyampaikan bahwa pihaknya bersama Forum Kerjasama (Foker) LSM Papua telah menyerahkan persoalan tersebut kepada penasihat hukum mereka, Yan Christian Werinussy, untuk dikaji lebih dalam. Dalam waktu dekat, mereka akan menempuh jalur hukum.
Sementara itu, aktivis buruh Papua Betty Ibo secara tidak langsung telah menggambarkan bahwa pandangan orang pada umumnya terhadap orang Papua adalah diskriminasi. Menurut Betty, persoalan Cita Citata menjadi teguran dan pembelajaran bagi semua pihak yang ada di tanah air.
"Jangan sekali-kali menggunakan kata-kata atau kalimat yang bisa berdampak pada diskriminasi atau menjelekkan suku tertentu di Indonesia," katanya.
Sedangkan Sekretaris Eksekutif Foker LSM Papua, Lien Maloali, mengatakan Cita Citata tidak perlu ke Papua untuk meminta maaf. Menurut Lien, Cita Citata cukup menggelar jumpa pers terbuka bersama stasiun televisi yang menayangkan komentar Cita Citata untuk menjelaskan secara baik maksud dari pernyataan yang menghina tersebut.
ANTARA