Apakah Anda sedari dulu konyol seperti ini?
Dimana Anda menerima bayaran untuk melawak pertama kali?
Di Kafe Jendela Surabaya. Dibayar Rp 125 ribu per minggu. Itu bukan untuk satu orang, tapi untuk beberapa orang. Lumayan daripada enggak ada. Tapi dari kafe itu akhirnya kami ditawari JTV, televisi lokal pertama di Jawa Timur milik Jawa Pos. Pada 2001, mereka siaran. Kami dikontrak, itu lumayan. Saya main grup di situ. Tapi nilai kontrak bukannya nambah, malah turun. Susah cari iklan. Lama-lama kita yang nombok.
Kapan Anda mulai berpikir untuk menggeluti profesi pelawak secara serius?
Tahun 2000, setelah saya empat tahun bekerja kantoran di perusahaan konsultan elektro Jepang. Itu sebenarnya sudah mapan, apalagi istri juga kerja di bank. Tapi saya merasa bukan di situ dunianya. Akhirnya, saya ajak anak-anak Ludruk Cap Toegoe Pahlawan kumpul dari beberapa angkatan di ITS. Lumayan, sudah main di Pesta Indosiar, yang saat itu pembawa acaranya masih Koes Hendratmo.
Anda tampak pintar sekali bermain-main dengan silogisme(dua pernyataan dan sebuah kesimpulan)?