Cak Lontong memperlihatkan cincin bertatahkan batu besar pada jari tangan kanannya. "Ini batu Yaman," kata dia. Ia terlihat bangga akan cincin yang ia kenakan itu. Pasalnya, ia benar-benar menyukai batu akik. Sejak di bangku kuliah, ia mempelajari keaslian sebuah batu akik sampai mengoleksinya. Walhasil, dulu rekan sejawatnya tidak mengalami kesulitan saat mencari dia. "Kalau tidak di kampus, ya di pasar batu," ujar pria 43 tahun ini, lantas tertawa.
Sejak kapan nama Cak Lontong disematkan pada Anda?
Itu mulainya di SMA Negeri 5 Surabaya. Karena saat itu saya kurus, dengan tinggi 180-an sentimeter dan berat hanya 62 kilogram. Panjang, kan, kayak lontong? Jadi teman-teman panggil saya lontong. Panggilan itu terbawa sampai kuliah karena banyak lulusan SMA 5 juga yang kuliah di ITS. Kalau Cak-nya karena ciri khas Jawa Timuran.
Sedari kecil memang ingin jadi pelawak?
Saya ini aneh. Tidak pernah saat kecil atau remaja sebut cita-cita apa pun. Kalau ditanya pasti cuma bilangnya tidak ingin jadi polisi.
Kenapa?
Karena tetangga di desa saya itu sopir angkutan antar kota L300 yang setiap pulang kerja penghasilannya berkurang karena dimintai polisi saat pemeriksaan surat-surat. Dalam pikiran saya, polisi kerjanya cuma minta uang. Akhirnya tidak ingin jadi polisi.
Apakah Anda sedari dulu konyol seperti ini?