N: Itu soal pendekatan dengan konstituen. Tapi bagaimana dengan negara, seperti perda syariah yang bermunculan. Pandangan Anda?
AL: Saya rasa memang harus berkaitan. Karena begini, kita berpolitik harus dengan dasar-dasar seperti itu juga. Misalnya, harus ada ajaran Islam juga. Kita hidup juga begitu.
N: Sikap PPP akan kemunculan perda syariah bagaimana? Apakah itu yang dibutuhkan masyarakat atau tidak dibutuhkan?
AL: Sampai ke dalam situ, saya tidak terlalu banyak bertanya ke ketua saya. Karena itu artinya mereka punya pertimbangan sendiri. Saya juga tidak mau terlalu ikut campur ke ranah itu.
N: Ini kan pandangan politik partai tempat Anda bergabung. Anda tidak merasa itu bagian penting bagi Anda untuk mengetahui?
AL: Penting. Saya perlu mengetahui, tapi tak perlu ikut campur ke sana.
N: Dukungan PPP ke caleg-calegnya? Ada briefing atau pengenalan soal PPP?
AL: Cukup rutin, ya. Saya dikenalkan dulu dengan Ketua DPC di daerah. Dikasih tahu juga soal pemetaan. Saya memilih dapil Jateng V.
N: Kenapa memilih dapil itu?
AL: Karena kehadiran saya ke dunia politik ini sudah pro dan kontra. Kalau saya dapat di dapil yang gampang sekali, artinya PPP sudah punya suara, itu bukan prestasi. Tapi, karena saya punya nama yang cukup dikenal masyarakat dan punya kemampuan berpolitik, saya merasa saya akan bertarung di dapil yang menurut orang dapil neraka. Tapi, menurut saya, tidak ada istilah dapil neraka. Saya bisa menyentuh hati masyarakat dengan cara saya. Saya akan bawa kemenangan itu.
N: Cara menarik masyarakat?
AL: Sebetulnya sangat simpel. Sejak saya turun, saya lebih mengetahui masyarakat tidak perlu neko-neko. Tidak perlu orang cukup pintar berpolitik, masyarakat sudah jenuh dengan yang seperti itu. Banyak orang pintar berpolitik, tapi belum tentu bisa membantu masyakarat.
Masyarakat itu lebih senang kita datangi dia, tampung semua keluh kesah, kita berbuat sedikit tapi menyentuh mereka. Misalnya, melakukan banyak program di dapil itu.
Soal film horor Angel Lelga....