TEMPO.CO, Jakarta - Kebiasaan salah satu pengacara seperti Farhat Abbas yang gemar sekali mengomentari banyak hal lewat akun Twitter pribadinya mengundang banyak respon dari masyarakat dan pihak yang ia komentari.
Beberapa kali Farhat menyinggung masalah pribadi Ahmad Dhani, kinerja Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, kasus Ayu Tingting, perceraian Cut Tari, dan banyak lagi.
Menurut psikolog Ratih Ibrahim, kebiasaan gemar mengomentari yang dilakukan Farhat merupakan salah satu perbuatan orang yang suka mencari perhatian dan mau menjadi pusat perhatian. (Baca:Farhat Abbas Merasa Tenar di Twitter)
"Salah satu cara yang mereka lakukan jelas, membuat sensasi untuk mencari popularitas. Apa yang terjadi pada dia sekarang adalah manifestasi," kata Ratih. Kata Ratih, Farhat demen atau suka serta butuh tampil untuk eksis. "Makanya dia membuat sensasi macam-macam," kata Ratih pada Tempo, 8 Januari 2014.
Apakah perilaku semacam itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil seseorang. "Itu sangat mungkin. Bisa saja, tapi kan saya enggak tahu masa kecilnya bagaimana dan apa yang membuat ia jadi demikian. Apa saja pengalaman dia."
Menurut Ratih, sederhana saja, ia membandingkan perilaku narsistik yang dimiliki Farhat seperti tokoh Loki, adik tiri Thor dalam film Avengers. "Loki itu narsistik, ada saja yang dilakukannya untuk membuat dirinya jadi objek perhatian," kata Ratih. "Tapi kenapa kok yang ini, Farhat norak? Karena kemungkinan besar yang bersangkutan tidak cerdas," ujar Ratih mengkritik.
AISHA
Berita Terpopuler
Sawo dan Kisah Keturunan Diponegoro yang Tercerai-berai
Ariel Tatum, Terkenal dari Ari Lasso ke Al Ghazali
Landung Bacakan Drama Pangeran Diponegoro
Rossa Dirawat di Rumah Sakit Singapura
Christy Jusung Akui Sudah Daftarkan Perceraiannya