Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Film Terbaik Tempo, Soekarno Kalahkan Belenggu  

Editor

Alia fathiyah

image-gnews
Hanung Bramantyo. TEMPO/Nurdiansah
Hanung Bramantyo. TEMPO/Nurdiansah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bukan hal mudah memfilmkan Sukarno. Tokoh itu kaya warna, kaya faset. Setiap orang mungkin memiliki gambaran sendiri tentang Sukarno. Termasuk pada fase ketika Sukarno dianggap paling mewakili gelora revolusi Indonesia. Menentukan bagian sejarah mana yang dianggap paling menonjol untuk diangkat ke layar perak tentu bukan persoalan gampang.

Itulah yang dihadapi Hanung Bramantyo--sutradara yang memfilmkan KH Ahmad Dahlan dalam Sang Pencerah (2000). Tapi data tentang Ahmad Dahlan tentu tak sebanyak Sukarno. Tentang si Bung Besar, misalnya, ada Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams. Juga Soekarno: Founding Father of Indonesia karangan Bob Hering. Rachmawati Soekarnoputri pernah pula menulis Bapakku Ibuku. Sejumlah biografi tokoh menyebut juga sejarah Sukarno.

Menurut Hanung, awalnya film ini berdurasi empat jam. Ia lalu memerasnya hingga hanya 137 menit. Hanung menampilkan masa kecil Sukarno, pembuangannya di Bengkulu, masa Jepang, dan proklamasi.

Sutradara lain mungkin memfilmkan Sukarno pada periode proklamator itu dipenjara di Sukamiskin atau saat ia membacakan pleidoinya, “Indonesia Menggugat”. Sutradara lain barangkali menggarap era revolusi mempertahankan kemerdekaan di Yogyakarta. Namun, Hanung menitikberatkan proklamasi dan masa yang menjadikan Sukarno banyak dituding sebagai kolaborator Jepang.

Data mengenai Sukarno yang pro-Jepang ini diambil Hanung dari Soekarno 1901-1950 karya Lambert J. Giebels (1999). “Tidak mungkin saya mengada-ada,” kata Hanung. Dengan pendekatan ini, Hanung sesungguhnya sedang menawarkan diskusi soal fasisme Jepang dan kepemimpinan Indonesia.

Detik-detik proklamasi digambarkan Hanung terlalu “manis”. Dalam buku Giebels, misalnya, diungkapkan bahwa Sjahrir menyiapkan teks proklamasi tandingan yang sangat anti-Jepang meski teks itu tak dipakai. Pada alinea kedua proklamasi yang dibuat Hatta, terdapat “kekuasaan direbut dari tangan penguasa”--kalimat yang tak disetujui Laksamana Maeda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Giebels menulis, Sukarno sesungguhnya meminta enam mahasiswa radikal ikut menandatangani teks proklamasi bersama dia dan Hatta. Namun, permintaan itu ditolak karena para pemuda menganggap teks proklamasi terlalu kompromis terhadap Jepang. Detail itu raib dalam film Hanung.

Meski banyak catatan, secara keseluruhan Soekarno berhasil menciptakan suasana haru. Di beberapa bagian, misalnya, diselipkan footage dokumenter Sukarno dalam sebuah aksi massa--sesuatu yang menguatkan adegan. Keputusan Hanung memilih zaman Jepang dan proklamasi mampu membuat Soekarno tak hilang fokus dan cerita mengalir lancar.

Soekarno adalah film yang bila kita pereteli bagian demi bagiannya mungkin memiliki kekurangan. Tapi secara keseluruhan--ketika hal-hal yang kurang itu dijadikan satu--hasilnya utuh dan menyentuh. Suara asli Sukarno membacakan naskah proklamasi di akhir film membuat karya Hanung ini makin menyengat. Inilah yang membuat Soekarno kami nilai lebih baik dibanding Belenggu, yang bagus tapi terkesan pretensius karena ingin terlalu noir.

RINA ATMASARI | MAJALAH TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Vina: Sebelum 7 Hari, Sinopsis dan Para Pemerannya

16 jam lalu

Poster Film Vina sebelum 7 Hari. Dee Company
Vina: Sebelum 7 Hari, Sinopsis dan Para Pemerannya

Film horor Vina: Sebelum 7 Hari disutradarai oleh Anggy Umbara akan rilis pada 8 Mei 2024


Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

2 hari lalu

Poster film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa. Foto: Instagram Hanung Bramantyo.
Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

Sutradara Hanung Bramantyo menyebut film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa awalnya hadir delam dua versi, 21+ dan 17+.


Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

7 hari lalu

Glenn Fredly The Movie. Dok. Poplicist Publicist
Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024


Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

8 hari lalu

Ryan Gosling dalam film The Fall Guy. Dok. Universal Pictures
Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024


Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

9 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".


Angkat Isu Pelecehan, Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa Segera Tayang di Bioskop

10 hari lalu

Poster film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa. Foto: Instagram Hanung Bramantyo.
Angkat Isu Pelecehan, Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa Segera Tayang di Bioskop

Hanung Bramantyo sebelumnya bimbang hendak ditayangkan di mana film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa lantaran mengangkat isu sensitif.


Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

15 hari lalu

The Beatles. Foto: Instagram/@thebeatles
Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be


Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

17 hari lalu

Cuplikan trailer Next Stop Paris, film hasil AI Generatif buatan TCL (Dok. Youtube)
Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.


7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

18 hari lalu

Poster film The Green Knight. Foto: Wikipedia.
7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.


8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

21 hari lalu

Mansion di film The Godfather (Paramount Picture)
8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.