TEMPO.CO, Jakarta - Selain pergelaran drama musikal Sang Kuriang yang diangkat dari naskah musikal sastrawan angkatan 1945, Utuy Tatang Sontani, yang dipuji, kostum para pemain, yakni Sita Nursanti dan para pemain dari Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Parahyangan, juga sangat menarik.
Deden Siswanto, perancang busana asal Bandung yang menjadi penata busana untuk drama musikal Sang Kuriang ini, menyiapkan lebih dari 80 kostum untuk pertunjukan berdurasi 90 menit itu. Kostum ini dipersiapkan betul sampai menghabiskan waktu sekitar enam bulan.
Keseriusan terlihat dari kostum unik si Tumang, ayah Sang Kuriang, yang memiliki wajah buruk rupa, dan kostum para siluman. Deden juga menggarap topeng tengkorak para siluman dan si Tumang.
Agar mendapatkan efek warna gelap (tune down), Deden menyikat kain yang dipakai, kemudian dicelup, dibakar, dan disobek-sobek dengan solder panas. “Tapi desainnya harus nyaman dipakai karena para pemain dituntut harus menari sambil menyanyi," ujar Deden, yang menghindari pemakaian warna cerah pada kostum pementasan ini.
Ia menyebut desainnya itu etnik modern, bukan futuristik. Untuk pakaian rakyat dipilih warna lusuh dan terkesan kusut. Untuk gaun panjang Dayang Sumbi diberi ornamen logam di bahu dan kain tumpuk, yang memberi efek megah dan anggun. Kain batiknya diambil dari motif tradisional. Satu-satunya kain merah, yang memberi simbol darah, hadir setelah adegan bunuh diri.
Ini kedua kalinya Deden terpilih menggarap kostum panggung. Pada 2011, Deden menggarap kostum Teater Musikal Lutung Kasarung, dan Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh pada 2010, yang telah dipentaskan di Bandung, Jakarta, Amsterdam dan Den Hagg (Belanda), serta Antwerp (Belgia).
Deden menjadi anggota APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) pada 2000. Kemudian, pada 2003-2004, Deden menjadi ketua dari APPMI Jawa Barat.
Sejak 2011, Deden menjadi Ketua Deputi Research and Development untuk APPMI Pusat di Jakarta. Perancang yang pernah menjadi desainer favorit versi majalah Bazaar Indonesia dan Dewi pada 2005 ini dikenal dengan desainnya yang mengandalkan sisi kerajinan tangan (crafmanship).
EVIETA FADJAR