Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

'Palestinian Idol' Bukan Cuma Lomba Bernyanyi  

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Yerusalem - "Kamu gila! Itu bahaya, kan?" Inilah reaksi yang saya terima dari sebagian besar orang ketika saya mengatakan bahwa saya hendak pergi ke Bethlehem pada malam hari untuk menemui dan mewawancarai para penyanyi muda berbakat yang tampil di sebuah reality show yang sangat populer di Palestina, New Star.

New Star, yang formatnya mirip American Idol, adalah konsep baru bagi orang Palestina. Acara ini bisa menjadi ajang generasi muda yang lebih sekuler untuk memamerkan talenta mereka dan mempersatukan sebuah bangsa yang terserak di Tepi Barat, Gaza, Israel dan tempat lain. New Star yang disebarluaskan lewat satelit ke beberapa negara di kawasan dengan cepat menjadi sebuah sensasi budaya Arab.

Selaku seorang jurnalis, saya tidak ragu kalau cerita ini harus diberitakan. Namun, pada saat yang sama, selaku seorang Yahudi dan warga negara Israel, saya sadar kalau bepergian ke sebuah kota di bawah kendali Palestina, malam-malam dan sendirian, memang tampak "sedikit gila".

Malam sebelum penugasan liputan, saya berpikir keras dan lama. Saya membayangkan ke mana saya pergi: Palestinian Convention Centeryang baru di Kfar al-Khadar, di selatan Bethlehem, tempat acara ini disiarkan langsung setiap minggunya. Tempat ini hanya berjarak 27 kilometer dari rumah saya dan berada di pinggiran Yerusalem. Namun, membayangkan melewati pos pemeriksaan Israel menuju jalan raya yang membentang gelap ke wilayah Palestina membuat saya ngeri. Empat orang Israel, termasuk seorang wanita hamil, dibunuh oleh para ekstremis di jalan itu musim panas yang lalu.

Saat saya merenung, naluri jurnalis saya bicara. Saya memutuskan bahwa demi mewartakan cerita-cerita yang paling menarik, wartawan harus mengambil kesempatan. Saya rasa ini akan memberikan wawasan yang menginspirasi. Tidak saja tentang pesona sebuah lomba menyanyi yang digemari, yang menggambarkan sisi lembut sebuah masyarakat yang sering dilihat sebagai para pejuang atau korban serangan, tetapi juga karena pada intinya ini menunjukkan bagaimana orang-orang dari semua agama dan bangsa bisa berkumpul bersama, bahkan di daerah yang masih dibayang-bayangi konflik.

Acara ini juga menunjukkan sebagian kompleksitas fisik dan filosofis yang ada di sini, seperti seorang finalis dari Gaza yang terpaksa tampil lewat sambungan satelit dan orang-orang Arab di Israel yang kini berani mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Palestina.

Di belakang layar pun, berbaurnya orang-orang juga menandakan sebuah wilayah tempat tidak ada yang hitam dan putih. Staf dari acara ini, yang diproduksi oleh kantor berita Palestina Ma'an bersama dengan Mix TV, sebuah perusahaan di Haifa yang dimiliki oleh dua warga Arab bersaudara di Israel, merupakan perpaduan orang-orang Palestina, Palestina-Israel dan Yahudi-Israel, yang memandang program ini hanya lewat kacamata profesional.

Berkat dorongan seorang teman dari Ma'an, saya merasa ringan saja untuk berangkat demi menulis berita dari sudut pandang yang berbeda. Kami bertemu setelah saya melewati pos pemeriksaan Israel dan ia pun memandu saya melewati pos pemeriksaan Palestina. Ia juga menemui seorang polisi Palestina dan memastikan kalau saya aman-aman saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat saya melewati kerumunan penggemar menuju auditorium, saya merasa seolah-olah pergi ke sebuah acara di tempat lain di dunia. Dalam busana terbaik mereka, orang-orang yang tampil jauh sekali dari gambaran yang biasanya dimiliki orang Israel tentang orang Palestina: kalau bukan buruh kasar, ya pejuang yang agresif. Terlihat dari para penonton yang memegang poster besar-besar yang menunjukkan penyanyi favorit mereka, suka ria di aula ini sangat jelas terasa.

Di belakang panggung, kelompok pekan ini-yang tersisa 12 dari 24 calon yang diseleksi dari ribuan peserta audisi-duduk dengan sabar menanti acara ini dimulai. Obrolan riang mereka tentu mengingatkan akan kelakar di belakang panggung yang terjadi di setiap acara.

Saat saya mengobrol dengan Waheed Yaseen, peserta berusia 21 tahun dari sebuah kampung kecil di Galilee, saya tahu kalau keputusan saya untuk datang memang benar. "Kita tidak punya acara seperti ini di masyarakat kita," katanya pada saya dalam bahasa Ibrani yang fasih. "Memang ada A Star is Born, tetapi dalam bahasa Ibrani. Saya ingin menyanyi dalam bahasa ibu saya, bahasa Arab."

Saya bertanya pada Yaseen bagaimana rasanya sebelum bersaing meraih tempat di final dan mudah-mudahan merebut hadiah menjadi seorang bintang. "Saya gugup, tetapi saya juga merasa percaya diri pada saat yang sama," katanya sambil tertawa, lalu menambahkan, "Saya tidak tahu bagaimana saya bisa merasakan dua hal ini pada saat yang sama, tetapi saya memang merasakan keduanya."

Saya melihat-lihat para hadirin yang campur baur dan memikirkan kembali perjalanan saya ke sini, ke sebuah kawasan di mana perjalanan berkendara 20 menit bisa membawa Anda ke sebuah dunia lain yang punya agama dan bahasa yang berbeda. Namun, pada saat yang sama, banyaknya nuansa yang sama membuat budaya itu sama akrabnya dengan budaya Anda sendiri.

* Ruth Eglash ialah wartawan senior The Jerusalem Post. Tahun lalu ia menjadi penerima pertama penghargaan X-Cultural Reporting PBB untuk sebuah cerita yang ia tulis bersama seorang jurnalis Yordania. Artikel ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common Ground.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

2 hari lalu

Ilustrasi otak. medicalnews.com
10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

Semua kebiasaan ini bukan menjadi hal menakutkan karena bisa diubah dengan pola hidup sehat.


Cara Melihat Receiptify Spotify untuk Mengetahui Musik yang Sering Diputar

4 hari lalu

Belakangan ini sedang tren orang-orang yang membagikan receiptify Spotify ke media sosial. Ini cara melihat receiptify Spotifnya. Foto: Canva
Cara Melihat Receiptify Spotify untuk Mengetahui Musik yang Sering Diputar

Belakangan ini sedang tren orang-orang yang membagikan receiptify Spotify ke media sosial. Ini cara melihat receiptify Spotifnya.


Cara Menambahkan Musik di Bio Instagram di Android dan iPhone

8 hari lalu

Instagram kembali mengeluarkan fitur baru. Kini Anda bisa menambahkan musik di bio Instagram yang bisa diputar. Berikut caranya. Foto: Canva
Cara Menambahkan Musik di Bio Instagram di Android dan iPhone

Instagram kembali mengeluarkan fitur baru. Kini Anda bisa menambahkan musik di bio Instagram yang bisa diputar. Berikut caranya.


Playlist AI ala Spotify, Bisa Menyuguhkan Lagu Sedih Hingga Musik Pengiring Pertarungan

15 hari lalu

Spotify. cbc.ca
Playlist AI ala Spotify, Bisa Menyuguhkan Lagu Sedih Hingga Musik Pengiring Pertarungan

Spotify mengembangkan fitur pembuatan playlist lagu berbasis kecerdasan buatan. Pengguna bisa memakai keyword unik untuk mencari musik favorit.


Mengenal Lizzo, Sempat Dianggap Pensiun sebagai Penyanyi dan Klarifikasi Ungkapannya

21 hari lalu

Lizzo. (Instagram/@lizzobeating)
Mengenal Lizzo, Sempat Dianggap Pensiun sebagai Penyanyi dan Klarifikasi Ungkapannya

Penyanyi Lizzo sempat menyatakan di Instagram dia ingin mengakhiri kariernya dalam industri musik


45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

39 hari lalu

Penampilan Adam Levine di Super Bowl/USA Today
45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

Adam Levine vokalis Maroon 5 yang juha Juri The Voice America hari ini berulang tahun ke-45. Ini karier bermusiknya dan tangga raih kesuksesan.


Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

40 hari lalu

Dua terduga pelaku asusila modus orkes musik keliling diperiksa tim penyidik Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim di Kantor Polrestabes Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu, 16 Maret 2024. Foto: ANTARA.
Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

Polisi menangkap enam orang anggota orkes musik kelilng usai viral video perbuatan asusila dua personelnya


Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

43 hari lalu

Ilustrasi senam aerobic. Dok. TEMPO/Nickmatulhuda
Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

Pakar audiologi mengingatkan dampak suara keras pada pendengaran, baik musik maupun teriakan instruktur, di pusat kebugaran atau kelas senam.


Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

44 hari lalu

Adrie Subono. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

Adrie Subono adalah promotor musik yang berpengalaman menghadirkan konser penyanyi dalam dan luar negeri. Ia juga merupakan keponakan dari B.J. Habibie.


Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

49 hari lalu

Penampilan Jaafar Jackson yang berperan sebagai Michael Jackson dalam film MIchael. Diabadikan oleh fotografer Kevin Mazur. Instagram.com/@antoinefuquaJaafar Jackson. Instagram.com/@antoinefuqua
Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

Pemeran Michael Jackson dalam film biopik Michael akan diperankan keponakannya, Jaafar Jackson. Ini profil anak Jermaine Jackson itu.