Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nelofer Pazira: Menggarap Film di Wilayah Konflik  

image-gnews
Nelofer Pazira. (TEMPO/JACKY RACHMANSYAH)
Nelofer Pazira. (TEMPO/JACKY RACHMANSYAH)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kamis siang lalu, Nelofer Pazira – sutradara film Act of Dishonour – bertandang ke kantor Majalah Tempo. “Saya selalu menghindari bepergian saat Ramadhan. Tetapi kali ini saya berada di Indonesia. Ini berkah bagi saya untuk proses pembelajaran,” kata perempuan berdarah Afganistan, yang sebelumnya dikenal lewat film Kandahar (2001) itu.

 

Rupanya, ini merupakan lawatan Pazira yang pertama kalinya ke Indonesia. Pazira datang dalam rangka pemutaran film terbarunya Act of Dishonour di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis lalu. Berikut petikan perbincangan singkat dengan perempuan berkebangsaan Kanada yang juga seorang jurnalis dan penulis itu seputar film barunya:

 

Apa yang menjadikan Anda tertarik dengan tema konflik budaya dan kemudian memfilmkannya?

 

Bagi saya, sangat menarik mempelajari sosial dan kultur negara lain, apalagi di daerah konflik dan penuh militerisasi itu. Perempuan selalu menderita dalam konflik yang berkepanjangan. Pada masa peperangan Afganistan tahun 1979, laki-laki yang ada di garis depan pasti menjadi pahlawan. Apapun yang terjadi dengannya. Banyak perempuan yang kehilangan anak lelakinya atau suaminya.

 

Dalam film itu Anda berperan sebagai Mejgan, perempuan Afganistan. Mengapa Anda digambarkan sebagai orang asing yang tidak banyak tahu adat istiadat desa itu?

 

Banyak orang-orang Afganistan keluar dari negaranya pada saat perang dulu. Saya bersama keluarga menetap lama di Kanada selama 20 tahun. Keluarga saya ingin menghapus masa-masa buruk di Afganistan. Ketika kami kembali dalam waktu yang sangat lama itu, semuanya menjadi sangat asing dengan apapun. Begitu juga dengan adat istiadat.

 

Seperti film sebelumnya, mengapa Anda menyukai film yang berbasis dokumenter?

 

Saya sangat menyukai dokumenter karena menggambarkan momen atau kisah yang sebenarnya. Dalam film ini, bahannya saja sudah sangat rumit, kisah nyata dan sangat mengisnpirasi. Dan saya ingin membaginya dengan Anda.

 

Apa tantangan Anda ketika membuat film ini dibandingkan film sebelumnya?

 

Saat pembuatan film Kandahar lebih sulit. Keadaannya membingungkan. Mereka juga dalam keadaan kesulitan ekonomi dan sangat sulit ditembus. Tidak ada orang lokal yang bisa membantu. Tapi itu 9 tahun lalu.

 

Untuk film ini, saya kesulitan mencari pemeran perempuan yang pas. Manajer produksi mengatakan kepada saya tidak akan ada orang lokal yang membantu karena film yang dibuat bercerita tentang pembunuhan bagi kaum itu. Dan saya tetap mengambilnya.

 

Untungnya, kami mengambil gambar di sebuah desa di perbatasan antara Afganistan dan Tajikistan. Kru film yang terlibat dari Kanada, Tajikistan, dan Afganistan. Banyak bahasa dan budaya yang dipakai. Saya kadang tidak memahami mereka. Tapi semuanya bisa diatasi. Kami sama-sama belajar.

 

 

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

4 April 2018

Poster film Arini. twitter.com
Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

Film Arini mampu menerjemahkan kisah dalam novel dengan baik dalam konteks kekinian


Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

17 Oktober 2017

Sumber: Dokumentasi pribadi
Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

Film Ismail Basbeth ini diputar perdana pada A Window on Asian Cinema. Memperkenalkan film-film pilihan dari Most Talented Asian Filmmaker of The Year


Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

13 Oktober 2017

Sutradara Edwin, penulis naskah Gina S. Noer, Adipati Dolken, Putri Marino, duo produser Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia, yang membuat film Posesif saat di Bandung, 24 Januari 2017. TEMPO/ANWAR SISWADI
Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

Menggarap film Posesif, menurut Edwin, sama sekali tidak mengorbankan idealismenya sebagai sutradara film selama ini.


Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

9 Oktober 2017

Figur dari film Star Wars dihadirkan dalam New York Comic Con di New York City, AS, 5 Oktober 2017. REUTERS
Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

Lucasfilm telah secara resmi mengumumkan bahwa trailer film Star Wars: The Last Jedi akan tayang pada hari Selasa, 10 Oktober 2017.


Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

22 September 2017

Seorang pria melihat poster film lama di sebuah bioskop yang tidak terpakai di Al-Ahram, Tripoli, Lebanon, 5 Juli 2017. Kini Qassem Istanbouli mendapatkan dukungan finansial dari kementerian kebudayaan Lebanon, sebuah LSM Belanda dan Amerika Serikat untuk membangun mimpinya. REUTERS/Ali Hashisho
Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

Shiraz Higgins ingin bicara soal adanya ketakadilan
pendapatan antara perempuan dan laki-laki di Kanada


Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

22 September 2017

Poster film Pengabdi Setan. imdb.com
Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

Di film Pengabdi Setan, Joko Anwar membutuhkan ada pemain
yang bisa menerjemahkan cerita melalui gestur. Ia melibatkan
dua seniman di Pengabdi Setan


Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

15 September 2017

Pemeran Film Gerbang Neraka Julie Estelle (kiri), Reza Rahadian (tengah) dan Dwi Sasono (kanan) berfoto bersama saat menghadiri peluncuran film Gerbang Neraka di Jakarta, 13 September 2017. Film Gerbang Neraka akan dirilis secara serentak di seluruh bioskop pada 20 September mendatang. ANTARA FOTO
Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

Film Gerbang Neraka digadang sebagai film horor yang dikemas
lain dari gaya film horor sebelumnya


Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

31 Juli 2017

Ratusan warga keturunan asli Banda melakukan unjuk rasa, di halaman Gong Perdamaian Ambon, 31 Juli 2017. Aksi tersebut dilakukan menyusul pernyataan sutradara Film Banda The Dark Forgotten Trail, Jay Subiyakto yang dianggap menyudutkan warga asli Banda dalam promosi filmya. Foto: Rere Khairiyah
Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

Ratusan warga mendesak DPRD untuk menunda penayangan film Banda yang disutradari Jay Subyakto.


Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

15 Juli 2017

Harry Styles berakting di film Dunkirk. DAILYMAIL
Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

Harry Styles mendampingi Pangeran Harry di karpet merah premier film Dunkrik karya Christopher Nolan.


Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

31 Mei 2017

Aktris Gal Gadot memerankan perannya saat syuting film terbarunya, Wonder Woman. Film ini menceritakan sosok Diana, putri cantik asal Amazon yang dilatih guna menjadi ksatria tak terkalahkan, Wonder Woman. AP Photo
Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

Aktris Israel, Gal Gadot yang jadi Wonder Woman disebut-sebut menjadi anggota militer Israel.